Penelitian … Oh … Penelitian …
Aku Asti, umur 22 tahun, semester akhir di fakultas kecil UAJY, Teknobiologi. Sudah saatnya aku mengambil mata kuliah skripsi. Bangga sekaligus heran, bagaimana aku bisa mencapai tahap ini, padahal jurusan yang aku pilih tidaklah mudah? Ilmu-ilmu yang kupelajari asing di telinga masyarakat. Sekarang, keseharianku bukan lagi di dalam kelas, namun di laboratorium. Laboratorium Teknobiologi-Pangan, ruangannya tidak terlalu besar dengan kapasitas ruangan untuk 40 orang. Namun, ini cukup kecil bagi kami mahasiswa pangan yang notabene berjumlah 60 orang, belum lagi kakak tingkat yang belum selesai. Laboran yang cukup unik dan kepala laboratoium yang super baik.
Hari-hari pertama kami bekerja di laboratorium, kepala laboratorium (kalab) kami melakukan koordinasi dan pengenalan aturan-aturan penting. Karena kapasitas orang yang berlebih, maka setiap hari Jumat pukul 16.00 tepat, kami harus posting kebutuhan alat untuk seminggu. Kemudian, koordinator laboratorium, yang telah ditunjuk, merekap semua posting dan rekapan tersebut akan jadi jadwal peminjaman alat seminggu ke depan. Seminggu, dua minggu sistem ini berjalan dengan baik. Sebulan kemudian, karena penelitian kami semakin berkembang, kebutuhan kami semakin banyak, sedangkan alat di laboratorium terbatas. Alhasil, ada satu dua orang yang harus mengalah, termasuk aku, sehingga deadline kami mundur.
Deadline yang kubuat tidaklah selalu berjalan lancar. Itu tergantung seberapa banyak alat yang berhasil terdaftar. Untungnya, kami bisa kerjasama dan suasananya kondusif. Kami selalu saling respek dan mau bergantian, tidak ada aksi berebut. Inilah yang membuatku betah kerja di lab. Ketika ada teman yang sedih eksperimennya tidak berhasil, tak jarang kami pun saling memotivasi.
Suatu hari, aku sedang menjalankan fermentasi kakao untuk kedua kalinya. Saat itu, fermentasi pertama yang aku lakukan di dalam laboratorium gagal, biji kakao-ku berjamur. Hari pertama dan kedua fermentasi tampak mengagumkan, bau harum alkohol sebagai hasil samping fermentasi keluar. Bagiku cukup memuaskan hari itu. Keesokan harinya, hari ketiga fermentasi, aku menemukan bibit kecil berwarna putih seperti berserabut. Aku menduga itu adalah bibit kapang. “Ah, tidak apa-apa, kecil kok, tidak akan berpengaruh,” batinku.
Pada hari keempat, dugaanku salah, di permukaan biji kakao ditumbuhi kapang berwarna putih, bahkan ada yang berwarna hitam, hijau dan kuning, padahal fermentasi belum cukup. Pesimis! Aku pun bertanya kepada beberapa teman. Kata mereka kebanyakan, menyarankan aku mengulang. Rasa pesimis pada penelitianku semakin membesar. Namun, pada hari itu juga aku konsultasi dengan dosen pembimbing. Bu Eka menyarankan untuk meneruskan fermentasi, sampai besok. “Baiklah, kita tunggu sampai besok,” batinku.
Hari kelima fermentasi. Pagi itu, kondisi kakaoku tidak berubah, justru parah. Kapang-kapang di dalamnya semakin tumbuh lebat. Kembali aku menemui Bu Eka. Di sana aku menerangkan kondisi fermentasi yang terjadi. Beliau menanyaiku beberapa pertanyaan, dan akhirmya memberi alasan logis munculnya kapang. Beliau menyarankan untuk meneruskan penelitian ke tahap selanjutnya. Tak jarang beliau memberiku semangat, “Nda papa, namanya juga dinamika penelitian.” Kata-katanya terngiang dalam benakku. Aku semangat lagi.
Satu hal yang berbeda di semester ini adalah ketika libur tiba. Satu hari libur bagiku cukup menghambat, apalagi libur berminggu-minggu. Di saat ingin kerja di lab, eh kejatuhan libur. Libur panjangku selalu diliputi rasa tidak tenang. Ketika pulang, satu hal yang membuatku cukup jengkel, selalu ditanya oleh kerabat, “Kapan lulus? Kapan wisuda?” Terkadang, kujawab dengan senyum, kadang kutanya balik, “Kamu nikah kapan?” atau mengalihkan pembicaraan.
Akhir-akhir ini lab terasa sepi, hanya segelintir orang di sana. Biasanya pagi-pagi subuh sudah ramai dan puncak keramaiannya pukul 10.00. Namun sekarang, siang hari pun hanya itu-itu saja. Entah yang lain sudah selesai atau alasan lain. Bekerja di lab cukup membuat minder, melihat teman yang sudah selesai tahap penelitian. Tak hanya itu, bahkan bisa membuat sebal, bagaimana bisa si A jarang hadir tapi tiba-tiba sudah mulai menulis naskah. Bagaimana denganku? Aku bekerja rutin, berangkat pagi pulang sore, belum juga selesai.
Sekarang, hanya motivasi yang bisa membantu. “Take it easy. Kamu sudah bekerja sesuai dengan porsimu, Asti. Tetap semangat!”
Maria Scholastica Pangastuti
Penerima Beasiswa KAMAJAYA
Alumni Fakultas Teknobiologi UAJY Angkatan 2014
Catatan Redaksi: Saat ini Asti telah lulus dengan IPK 3.77 (Cum Laude) dan diwisuda pada tanggal 24 November 2018 yang lalu.
No Comments