Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Stefani Angelina Ruru Hia
Stefani Angelina Ruru Hia
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
4 September 2002
Mengkendek, Kab. Tana Toraja
Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum semester 4 (Maret 2021)
Stefani Angelina Ruru Hia
Mahasiswi Fakultas Hukum UAJY Prodi Ilmu Hukum
Segala Sesuatunya akan Ada Masanya
Perkenalkan nama saya Stefani Angelina Ruru Hia. Nama panggilan saya Fani. Di kampus, saya sering di panggil Stef, Step, Stefi, dan masih banyak lagi sebutan dari teman-teman. Saya lahir di Marinding, 4 September 2002. Tahun ini, saya memasuki umur 18 tahun. Sejak saya lahir hingga dewasa, saya tinggal di Mengkendek, Kab. Tana Toraja, Prov. Sulawesi Selatan. Saya beragama Kristen Protestan.
Saya berasal dari sebuah keluarga yang tadinya dapat memenuhi segala sesuatu dengan cukup. Ayah saya bernama Stefano Hia dan ibu saya bernama Agustina Suleman. Ayah saya sehari-harinya bekerja dengan menjadi seorang pelatih paduan suara. Ibu saya sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saya sendiri memiliki empat orang saudara. Saya merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Adik saya yang kedua masih duduk di bangku kelas 9 SMP dan akan masuk SMA tahun ini. Adik saya yang ketiga juga masih duduk di bangku kelas 6 SD dan akan masuk di bangku SMP tahun ini. Adik saya yang keempat masih duduk di bangku kelas 2 SD dan adik saya yang bungsu akan masuk TK.
Kondisi ekonomi keluarga yang selama ini masih tercukupi perlahan-lahan berubah. Semenjak ayah saya sakit, ekonomi keluarga kami kian menurun, terlebih lagi saat ayah saya dinyatakan mengidap penyakit tumor di perutnya yang menyebabkan komplikasi ke bagian tubuh yang lainnya. Komplikasi itu kemudian merambat ke gangguan pada ginjal, usus, dan liver-nya sehingga harus bolak-balik ke rumah sakit. Hal ini pun dialami oleh ayah saya mulai dari bulan Desember 2019 hingga saat ini, bahkan ayah saya hanya bisa duduk dan berjalan di dalam rumah saja. Kondisinya pun menjadi lemah beberapa bulan terakhir ini. Kondisi tubuh Ayah yang lemah dan harus menjadi tulang punggung keluarga yang membiayai lima orang anak menjadi pergumulan bagi keluarga kami. Sebuah pergumulan terberat dalam keluarga saya adalah bagaimana dan dari mana sumber untuk pengobatan untuk ayah saya. Selain itu, keluarga saya masih harus memikirkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan saya serta saudara-saudara saya yang masih dalam masa pendidikan (secara khusus bagi saya pribadi yang sedang dalam masa perkuliahan dan memerlukan banyak biaya). Meskipun dalam kelemahan tubuh, ayah saya selalu memberikan motivasi dan semangat untuk tetap belajar bagi kami bersaudara dan selalu berserah kepada Tuhan.
Saya mengenyam pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA di Tana Toraja. Pada tahun 2007, saya mulai masuk sekolah dasar negeri, SDN 394 INP. PUYAN. Saya lulus SD pada tahun 2013 dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama saya di sebuah sekolah swasta SMP Katolik Makale. Setelah lulus di bangku sekolah menengah pertama pada tahun 2016, saya pun melanjutkan sekolah saya di sebuah sekolah negeri yaitu SMA Negeri 5 Tana Toraja. Daerah yang saya tempati pun merupakan daerah semikota karena daerah tersebut tidak terlalu ramai seperti daerah perkotaan pada biasanya karena daerahnya tersebut merupakan daerah dataran tinggi. Di tempat asal saya sendiri, kami sekeluarga tinggal di sebuah rumah pastori gereja karena ayah saya juga sebagai Tata Usaha di gereja. Maka dari itu, dari pimpinan gereja kami disarankan untuk tinggal di rumah pastori gereja.
Pada tahun 2019, saya lulus dari tingkat SMA dan saya ingin untuk melanjutkan pendidikan saya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu S1. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti tes dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Meskipun pada tahap pertama saya belum lolos, namun saya tetap berusaha untuk mendaftar di tahap kedua hingga dinyatakan lolos. Di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya mengambil Fakultas Hukum, Prodi Ilmu Hukum. Pada saat saya memutuskan untuk sekolah di Kota Yogyakarta, saya tinggal bersama dengan adik dari ayah saya yang juga menetap di Yogyakarta. Saat ini, saya dan keluarga Om saya tinggal di Jl. Hos Cokroaminoto 164, Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Di kampus Hukum Atma Jaya sendiri, saya mengikuti organisasi Kampus yaitu Solidaritas Mahasiswa Indonesia Timur Tengah (SMITTH). Saya juga mengikuti kegiatan yang diadakan oleh organisasi ini. Mengikuti sebuah organisasi kampus juga mempunyai manfaat selain mendapat teman yang baru juga sebagai salah satu wadah untuk mendapatkan poin Sistem Partisipasi Aktivitas Mahasiswa Atma Jaya (SPAMA) dengan mengikuti kepanitiaan dalam event yang diadakan organisasi. Melalui kegiatan kampus, kita juga bisa mendapatkan pengalaman baru dalam berorganisasi dan banyak lagi hal positif lainnya. Di luar kampus sendiri, saya juga dilibatkan dalam kegiatan gereja sebagai singers dan dijadwalkan setiap bulannya. Mengikuti kegiatan di luar jam kuliah juga saya jadwalkan sehingga tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah. Kegiatan organisasi kampus pun dilakukan setelah jam pembelajaran telah usai.
Menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik khususnya di Kota Yogyakarta bukanlah sebuah perkara yang mudah mengingat tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk dapat menempuh pendidikan yang baik. Mengenai biaya kuliah yang cukup tinggi membuat ayah saya bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan baik di rumah maupun untuk biaya kuliah saya. Meskipun saya tinggal dengan keluarga, namun tidak serta merta semuanya ditanggung. Orang tua saya tetap mengusahakan untuk mengirimkan biaya sehari-hari saya seperti biaya untuk transportasi, beli buku, fotokopi buku, dan lain-lainnya meskipun yang dikirim hanya pas-pasan sesuai kebutuhan yang diperlukan. Sampai suatu ketika saat Om saya datang ke Kampus 2 Atma Jaya untuk membayar SPP saya, ketika itu juga dia mencari informasi mengenai beasiswa-beasiswa apa saja yang ada di kampus. Pihak dari kampus pun langsung merespon dengan baik dan menyarankan untuk datang ke Kantor KAMAJAYA. Kebetulan juga pada saat itu KAMAJAYA Scholarship baru saja membuka pendaftaran beasiswa yang baru. Pada saat itu juga, saya datang ke Kantor KAMAJAYA dan mengisi link pendaftaran. Berbagai proses pun saya ikuti selama proses pendaftaran ini. Saya terus berdoa dan berharap semoga saya bisa lolos dan mendapatkan beasiswa ini karena ini merupakan jalan terbesar bagi saya untuk bisa tetap kuliah jika melihat kondisi sekarang yang membuat saya ragu apakah saya masih bisa kuliah atau tidak karena sebagian besar uang yang ada dipakai untuk biaya pengobatan ayah saya yang sering masuk rumah sakit. Namun, saya terus berpikir positif dan terus berdoa agar bisa lolos.
Sampai di hari pengumuman Beasiswa KAMAJAYA, menjadi satu hal yang sangat saya syukuri di dalam hidup saya yaitu pada tanggal 10 Juli 2020 kemarin, saya diterima sebagai salah satu penerima Beasiswa KAMAJAYA.
Saya sangat bersyukur karena dengan ini saya bisa meringankan beban orang tua saya. Beasiswa ini juga sangatlah berpengaruh kepada masa depan perkuliahan saya kedepannya. Saya sangat bersyukur bisa diterima dan berterima kasih juga kepada para pengurus dan para donatur. Saya dan teman-teman yang lain yang diterima di beasiswa KAMAJAYA seperti mendapatkan semangat dan pengharapan yang baru. Maka dari itu, saya pun akan semakin berusaha untuk mempertahankan beasiswa saya melalui kerja keras dalam belajar dan berdoa. Tidak lupa juga untuk mengikuti kewajiban sebagai Penerima Beasiswa KAMAJAYA, karena saya sudah diberikan hak saya sebagai penerima beasiswa. Saya harus melaksanakan kewajiban saya, apapun itu baik mengikuti proses dan kegiatan yang dilaksanakan KAMAJAYA Scholarship maupun nanti jika saya telah lulus dan mendapatkan pekerjaan maka saya juga bisa membantu menjadi donatur bagi teman-teman yang membutuhkan sama seperti saya sekarang ini. Karena bagi saya, keyakinan dengan usaha yang maksimal dan dengan ketekunan dalam doa kita bisa meraih apa yang diharapkan dan juga yang bermanfaat bagi diri dan sesama kita. Sebab, segala sesuatunya ada masanya. Tidak selamanya jalan hidup akan berjalan mulus, tetapi juga akan menemukan rintangan-rintangan. Selalu berpikir positif dan berpengharapan maka semuanya akan menemukan titik terang.
Catatan Pengurus KAMAJAYA Scholarship:
Ayah Stefani sudah meninggal pada tanggal 13 Februari 2021 pukul 01.17 WITA di RS Wahidin Makassar.
No Comments