Opini: Berbagi Membawa Damai dan Ketenteraman
Sebagai umat manusia hal yang paling ingin kita rasakan adalah kedamaian dan ketenteraman. Kebahagiaan akan bisa kita dapatkan ketika damai dan tenteram saling beriringan. Perihal berbagai bentuk serta macam ilmu yang akan membawa kita ke dalam kebahagiaan tersebar luas di sekitar kita. Untuk mencapainya perlulah kita sebagai manusia yang berakal dan berbudi memiliki sifat keistimewaan seperti kasih yang dapat kita sebarkan ke sesama. Berbagi kasih menjadi suatu hal mencapai kedamaian dan ketenteraman tersebut.
Bukan mengenali siapa yang kita bagi melainkan berguna untuk siapa saja yang memiliki kesempatan dan mengupayakan dengan sekuat tenaga akal berpikir serta budi pekerti untuk dapat mendapatkan suatu kesempatan itu. Waktu dapat menjadi kesempatan dan sebagaimana dapat meluangkan diri untuk suatu kebaikan itu sendiri menjadi cahaya dan terang bagi dirinya sendiri serta sekitarnya. Kebahagian yang terukir dalam diri seseorang akan terlihat ketika permasalahan muncul di hadapannya. Sebagai manusia, kebahagiaan untuk menjadi diri sendiri adalah ketika apa yang diharapkan menjadi sarana membangkitkan kepercayaan bahwa dalam satu cara manusia akan memiliki caranya untuk berbagi di suatu hari yang bermakna bagi sekitarnya.
Jika penulis menuliskan suatu hal informasi mengenai bagaimana imajinasinya dapat menjadi beberapa kata serta menuangkannya melalui suatu tulisan dalam suatu buku, kita sebagai manusia dapat menjadi penulis bagi diri kita. Berbagi adalah sebuah hal yang dapat menjadi tulisan tersebut yang akan kita tanam dan bagikan kepada banyak orang. Kebahagiaan ketenteraman, kedamaian adalah informasi untuk kita menyebarkan pesan kebaikan. Memberi bukan hanya sekedar kata, melainkan makna yang dapat membuat kita sebagai manusia akan lebih tenang dalam hari-hari yang berjalan terus ke depan. Beragam cara kebaikan dalam memberi ada di setiap detik kita bergerak. Memberi memiliki banyak makna. Ketika seseorang melewati tanah yang tandus dan memiliki sikap hati yang tergoyahkan untuk berhenti sekedar hanya membawa sebotol air untuk memberikan air ke beberapa tanaman sekitar yang nampak layu menjadikan orang tersebut seorang penulis. Menuliskan air yang dapat berdampak bagi suatu tanaman di padang yang tandus.
Dewasa ini makna berbagi semakin jauh bagi orang lain mengenai hal yang seharusnya benar dan buruk bagi dirinya sendiri. Setiap langkah dan waktu yang ditempuh beberapa saat akan membawa kepada hal yang tak terduga. Bisa diambil maknanya dan dapat juga membuangnya. Berbagi bukan mengenai siapa kita, tetapi apa yang akal budi kita bawa untuk dapat menyebarkan kebaikan terhadap sekitar. Ketika sudah dibutakan oleh ke-fana-an yang melekat, bagaimana kita akan menghadapi keserakahan yang akan kita hadapi di depan mata? Kita hidup di dunia ini hanya sebentar dan semua milik adalah titipan. Suatu waktu akan kembali lagi menjadi hilang. Kita tidak hanya dihadapkan oleh keburukan, melainkan kita dapat juga bertemu dengan hal baik di manapun kita berpikir dan berakal budi yang baik serta nyata akan keadaan kita. Apa yang dihadapkan di depan harus bisa kita hadapi dengan kapasitas yang besar yang ada di hati kita.
Diri kita melakukan setiap kegiatan yang otak dan hati kita tuju, memberi merupakan salah satu kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi orang sekitar kita. Memberi ilmu maupun materi adalah hal yang dapat kita tananamkan sebagai kebiasaan. Sebagaimana yang telah kita pelajari dari sekolah dan guru yang sering memberi kita ilmu tanpa batas adalah salah satu hal yang dapat kita contoh. Memberi dengan tanpa tanda jasa, tetapi saling melekatkan ingatan dan perbuatan dalam memori yang ada di dalam benak kita. Bahwa pembelajaran yang mampu kita ikuti adalah pemberian yang diberikan oleh guru kita, sang pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi salah satu pengaruh kita dalam berakal dan berbudi.
Aktualisasi diri dalam setiap detik yang kita lakukan menjadi salah satu tujuan agar hidup menjadi seimbang. Keseimbangan yang dibangun dalam diri kita sendiri ini akan membawa kita ke hal baik itu. Pencapaian dituju bukan hanya sekadar ambisi semata, melainkan keseimbangan antara hati, perbuatan, perkataan, serta kemampuan dalam intuisi untuk memahami apa yang sebenarnya kita tuju dalam kehidupan. Keseimbangan antara dunia penting ketika makna memberi bersinggungan dengan akal budi kita. Selagi kita mampu dengan apa yang kita miliki dan percaya dengan kemampuan kita yang sejalan dengan intuisi serta akal budi kita, kemungkinan terbesar dalam hidup yaitu keseimbangan dunia dan batin kita sendiri akan mengikuti kebiasaan yang baik dalam hidup dan perbuatan. Karena menurut peribahasa, setiap orang dapat memiliki kebiasaan memberi yang berbeda, tetapi tujuan kebaikan adalah satu.
Tolong menolong yang telah ditanamkan dalam otak dan hati kita yang tuluslah yang dapat menjadi timbal balik di kehidupan kita seterusnya, tiada perbuatan yang tidak dapat ditolong karena satu alasan yang bisa dicari solusi ataupun titik permasalahan. Melatih otak dengan kegiatan terpuji menjadikan diri kita sebagai sarana untuk terus bergerak menjalankan komunitas yang baik di sekitar kita. Lingkungan menjadi sehat ketika kita membuat atau membentuknya sendiri dengan suatu perbuatan terpuji dan akan ditanamkan terus-menerus menjadi kebiasaan nantinya yang berkelanjutan.
Bagaimana cara menghadapi keegoisan diri kita adalah bagaimana diri kita terbawa ke dalam beberapa pemikiran yang ke depan untuk memikirkan baik dan buruk menjadi keseimbangan dengan akal yang kita miliki. Mengetahui segala hal dan memiliki rasa untuk berbagi suatu informasi serta dapat membedakan mana yang baik jika informasi ini kita bagikan adalah satu cara yang dapat melatih diri kita untuk menyampaikan hal baik yang mana perlu untuk disebarkan sebagai kebaikan yang berkepanjangan dampaknya.
Yogyakarta, 19 Agustus 2021
Anindhya Laksmi Fajarasti
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2020
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-5
Image by Shameer Pk from Pixabay
No Comments