Opini: Apresiasi Diri
Kita pasti pernah membandingkan diri dengan orang lain. Beberapa orang tua mungkin secara tidak sadar membandingkan anak mereka dengan orang lain, dengan anak tetangga misalnya. Mungkin, maksud mereka agar kita menjadi termotivasi. Namun, biasanya hal ini malah menimbulkan ketidakpuasan pada diri kita sendiri, memunculkan rasa iri, atau rasa minder.
Semakin kita bertambah tua, semakin banyak orang yang kita kenal, semakin sering juga kita membandingkan diri kita. Ketika melihat karya orang lain misalnya. Saat melihat karya orang yang lebih bagus dari kita, tanpa sadar kita membandingkan diri kita dengan pembuat karya tersebut. Apalagi saat orang tersebut lebih muda atau memiliki pengalaman yang kurang dari kita. Kita mulai merasa rendah diri dan mempertanyakan kemampuan kita.
Rasa minder dapat melumpuhkan kita dalam berkegiatan. Rasa minder yang berlebihan membuat kita memasang ekspektasi yang tinggi pada diri kita. Dari hal itu muncul pikiran kalau kita harus membuat hasil yang bagus. Pikiran ini bisa muncul pada saat mengerjakan apa pun. Dan pada kasus di mana kita tahu kita tidak bisa memenuhi ekspektasi (yang sebenarnya kita buat sendiri) itu, kita memilih untuk tidak melakukannya, daripada mencoba dan mendapat hasil yang (bagi kita) kurang memuaskan.
Meskipun pada akhirnya kita berhasil mendapat hasil yang baik, tetap saja dirasa kurang karena standar “baik” bagi kita selalu ada di atas kemampuan kita saat ini. Mau seberapa jauh pun kita berkembang dan mengasilkan hasil yang lebih, kita tetap membandingkan diri dengan hasil yang lebih baik dan merasa diri kita masih kurang. Maka dari itu, kita perlu belajar untuk mengapresiasi diri sendiri, menghargai semua usaha dan kerja keras kita apa pun hasilnya.
Semua hal di awal pasti tidak langsung baik, perlu proses yang membutuhkan waktu. Orang yang menjadi objek banding bagi kita pun dulunya pasti pernah berada pada level kita sekarang. Mungkin saja saat itu dia juga sedang membandingkan dirinya dengan orang lain, yang menurutnya lebih baik dari dia sendiri.
Semua orang berbeda, dilahirkan di keluarga yang berbeda, dengan lingkungan yang berbeda, keahlian yang berbeda, pendidikan yang berbeda, dan masih banyak hal lainnya. Jadi, kita tidak bisa hanya membandingkan diri dengan orang lain. Daripada fokus pada orang lain, lebih baik kita fokus pada diri sendiri, menemukan kelebihan dan kekurangan kita dan memperbaikinya.
Boleh saja membandingkan diri dengan orang lain. Itu bisa menjadi motivasi, menemukan kekurangan kita. Namun ketika berlebihan tentu tidak baik, malah menimbulkan pikiran-pikiran negatif dan merugikan diri sendiri. Jadi, harus diimbangi dengan apresiasi diri untuk menghargai semua kerja keras kita selama ini.
Yogyakarta, 18 November 2021
Gde Rama Vedanta Yudhistira
Mahasiswa Program Studi Informatika UAJY Angkatan 2020
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-5
No Comments