Opini: Pandemi dan Harapan
Hingga saat ini, kita masih dihadapkan dan diselimuti oleh rasa cemas, galau, dan takut karena Pandemi COVID-19 tak kunjung hilang. Bahkan saat ini, ada virus varian baru yakni Omicron, yang menambah kekhawatiran seluruh penduduk di Indonesia hingga dunia. Kondisi seperti ini juga membuat sektor pendidikan maupun ekonomi melemah dan membuat beberapa sekolah dan tempat kerja menjadi menurun pendapatannya. Tidak sedikit pula anak sekolah saat ini memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan mereka karena perekonomian orang tua mereka yang berkurang.
Banyak pula pekerja yang membuka suatu usaha rumahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Ada juga kisah yang begitu pilu dan membuat menangis karena pandemi ini, yakni banyak anggota keluarga yang terserang Virus COVID-19 dan meninggal dunia. Hal ini dialami oleh teman saya, sahabat saya, yang pada waktu itu berencana untuk balik ke kampung halaman orang tuanya. Sesampainya di kampung halamannya, ternyata sedang banyak masyarakat di kampungnya yang terserang COVID-19. Hal yang tidak terduga dialami oleh sahabat saya, yakni keluarga ia juga didiagnosa terserang virus tersebut. Dalam keluarganya, yang sangat memprihatinkan adalah papa dari sahabat saya, karena tingkat keparahan yang dialaminya. Papa sahabat saya ditangani secara intensif. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Pada pukul 00.00 WIB dini hari, pihak rumah sakit mengatakan bahwa papa dari sahabat saya tidak dapat tertolong.
Keesokan harinya, sahabat saya merasa sangat terpukul oleh kabar tersebut dan berharap dapat bersama papanya walaupun saat terakhir. Akan tetapi, pihak rumah sakit tidak mengizinkan karena alasan protokol kesehatan.
Dalam peristiwa ini, sebuah pengharapan, rasa sayang, rasa ingin bersama muncul dan dapat semakin mempererat hubungan keluarga. Harapan-harapan yang muncul terasa begitu jelas di dalam diri setiap manusia. Pandemi ini telah merebut harapan dan kebahagiaan banyak manusia, dalam hal persaudaraan dan kebersamaan. Tidak dianjurkan untuk keluar rumah maupun bercengkrama terlalu lama dengan orang di luar membuat rasa kekeluargaan antartetangga bisa semakin pudar. Keinginan untuk tetap bersama terhalang oleh pandemi. Semua aktivitas dilakukan secara online dari bersenda gurau hingga bekerja atau belajar. Kita semakin sering dipertemukan oleh teknologi, bukan oleh sosialisasi. Dalam kondisi seperti inilah, timbul rasa kangen terhadap masa lalu yang terasa begitu indah.
Harapan yang muncul saat ini adalah kembali ke dalam keadaan di mana semuanya dapat bergandengan dan saling bertatap muka. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa semua ini tidak bisa kembali seperti sediakala. Banyak keluarga yang sudah tidak bisa lagi bersama. Di kala rindu tak lagi terbendung, di situlah keajaiban Tuhan menjadi penanggung.
Yogyakarta, 19 Januari 2022
Daniel Surya Aji Wicaksana
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2018
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-5
No Comments