Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Birgitta Laurensia Lintang Nurisanti Pribadi
Birgitta Laurensia Lintang Nurisanti Pribadi
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
18 Juni 2002
Semarang
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Prodi Akuntansi semester 5 (November 2022)
Birgitta Laurensia Lintang Nurisanti Pribadi
Mahasiswi Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY Prodi Akuntansi
Apa pun Kondisinya Harus Selalu Bersyukur
Perkenalkan namaku Birgitta Laurensia Lintang Nurisanti Pribadi. Banyak orang memanggilku Lauren sekarang ini. Tapi, sebenarnya nama panggilan asliku adalah Lintang. Alasan kenapa diganti, karena waktu SMA ada banyak siswa bernama Lintang. Maka dari itu, akhirnya namaku berganti menjadi Lauren sampai sekarang ini. Aku merupakan anak dari pasangan Albertus Prasetya Pribadi dan Maria Graciana Trimartini Tirtosusanti Wibawa. Aku lahir di Semarang, tepatnya di rumah sakit St. Elizabeth tanggal 18 Juni 2002. Di hari yang sama, tepatnya 13 menit sebelum aku lahir, saudara kembarku lahir terlebih dahulu. Untuk kelahiranku sendiri, merupakan kelahiran yang tidak terduga dan di luar perkiraan dokter. Jadi, aku harusnya lahir bulan Juli, tapi di bulan Juni aku sudah lahir. Kalau kata Bunda, aku dan kembaranku sudah mau keluar/tidak tahan menunggu sebulan lagi. Dua tahun kemudian, Tuhan memberi tanggung jawab orang tuaku untuk merawat satu anak lagi. Adikku lahir ke dunia pada tanggal 4 Oktober 2004.
Dari kecil sampai aku SMP, kehidupanku ada di Semarang bersama orang tua dan kedua saudaraku. Kehidupan masa kecilku cukup membuatku bahagia dan di situlah orang tuaku mulai mengajariku untuk menjadi mandiri. Masa kecilku dihabiskan di rumah Opa Oma. Dulu, kami sekeluarga masih tinggal bersama di rumah Opa Oma, karena waktu itu Bunda dan Ayah masih bekerja di Jakarta, jadi belum ada rumah sendiri. Tinggal satu rumah bersama Opa Oma, masa kecilku dari aku bayi sampai SD kelas 2 banyak dihabiskan bersama Opa Oma, karena Bunda dan Ayah bekerja. Walaupun dalam keseharian aku tidak menghabiskan banyak waktu dengan orang tuaku, orang tuaku tetap menyediakan waktu untuk kami bertiga di akhir pekan. Pengalaman yang aku ingat adalah hampir setiap bulan, tepatnya sebulan sekali, kami bertiga akan diajak untuk ke mall menghabiskan waktu untuk bermain. Dan yang paling berkesan adalah tiap bulan juga akan diajak belanja bulanan dan di situlah saat kami satu keluarga akan makan “mewah”, tepatnya makan KFC ataupun McDonald. Yang bahagia lagi adalah saat kami bertiga ataupun anggota keluarga ada yang berulang tahun, kami sekeluarga akan makan makanan sesuai dengan keinginan yang berulang tahun. Aku dan kembaranku pastinya akan meminta makan steak. Steak yang kami makan pun tidak mewah, hanya steak lokal yaitu “O mama Mia” .
Orang tuaku bukan orang tua yang kaya raya, tapi penghasilan mereka cukup untuk kami sekeluarga. Namun, saat ini penghasilan yang ada untuk keluargaku hanya didapat dari Ayah. Gaji Ayah juga tidak bisa dibilang besar, gaji itu cukup untuk kebutuhan kami sehari-hari. Masuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta, biayanya bukan dari Ayah, tetapi dari pendonor dana (donatur) dekat yaitu Pater Markus, SJ. Beliau merupakan kepala sekolah dari Bunda waktu SMA. Sejujurnya, aku sudah tahu permasalahan keuangan ini sejak SMP dan awal masuk SMA. Mungkin, aku bisa dibilang egois juga karena aku malah minta untuk tetap bersekolah di sekolah swasta. Banyak pelajaran hidup yang aku dapat sejak terjadinya masalah ini. Dimulai dari perubahan yang biasanya segala keinginan terpenuhi, tapi harus memulai untuk bisa hidup sesuai dengan apa yang ada di depan mata. Tetap harus bisa menjadi wanita yang berpendidikan tinggi walaupun banyak senggolan dari kanan atau kiri (keluarga besar ataupun faktor lingkungan). Dan yang terutama adalah berdoa selalu, mensyukuri segala hal yang terjadi, dan tetap berbuat baik bagi banyak orang. Walaupun keuangan keluargaku berkurang, tapi aku bersyukur karena aku sekeluarga tetap bisa menjalani keseharian bahkan tanpa merasa kekurangan.
Pada tahun 2021, aku menemukan fakta bahwa ternyata rumah yang sudah kami tempati selama kurang lebih 12 tahun belum lunas dari pinjaman bank. Beberapa hari di bulan Maret 2021, rumah kami selalu kedatangan orang dari bank yang meminta untuk melakukan pelunasan tunggakan yang dilakukan. Hal tersebut membuatku sangat kaget dan aku mulai merasa bersalah ke Bunda dan Ayah. Bersalah karena selama ini menuntut semuanya harus ada, baik dalam kondisi keuangan yang baik maupun yang turun saat ini. Aku berpikir bahwa jika dari awal tahu rumah ini belum lunas, maka aku tidak akan banyak meminta segala sesuatu, termasuk tidak meminta untuk sekolah di sekolah swasta.
Sejak didatangi orang tersebut, aku selalu berusaha untuk mencari kerja part time. Akan tapi setelah laporan ke Bunda kalau aku mau kerja part time, Bunda selalu bilang, “Fokus belajar saja, masalah ini biar kami yang menyelesaikan.” Jujur, aku sedih karena tidak bisa ikut membantu. Keputusan utama Bunda meminta kami untuk membantu dalam doa. Jadi, aku dan adikku sekarang ini memutuskan untuk ke gereja pagi setiap hari. Untuk biaya kuliah ini, kenapa aku bisa masuk ke UAJY dan sudah lunas? Yaitu karena aku mendapatkan bantuan dari orang baik untuk bisa masuk dahulu ke UAJY. Kembaranku pun sama, dia bisa masuk dahulu. Ayah baru kerja di Hotel Radja kurang lebih 3 tahun, dan dalam 2 tahun terakhir ini terjadi pandemi. Kondisi keuangan keluarga kami mengalami penurunan akibat pandemi yang masih berlanjut. Seharusnya, Ayah menerima gaji kurang lebih 4 juta. Namun akibat pandemi, perusahaan sering kali tidak memberikan gaji sebesar 100%. Jika diperhitungkan semuanya, gaji Ayah tidak cukup untuk menutup semua keperluan kami yang harus dilunasi. Sampai sekarang ini, tulang punggung keluarga kami hanya Ayah. Hal yang kami lakukan sekarang ini adalah lebih menghemat biaya dan hanya membeli keperluan yang memang perlu. Kebetulan sekarang ini sedang pandemi, sehingga dapat mengurangi waktu kami ke luar rumah dan lebih menghemat biaya.
Sekarang ini, aku tinggal di perumahan sederhana di daerah Semarang atas. Daerah rumahku ini berada di pinggiran kota, jadi masih mendapatkan angin sejuk di pagi dan malam hari. Di perumahan ini, masyarakatnya kebanyakan bekerja kantoran, khususnya bapak-bapak. Untuk ibu-ibunya, kebanyakan menjadi ibu rumah tangga. Namun, ada pula yang membuka warung kelontong. Rumah sederhana yang saat ini aku tempati bersama keluargaku merupakan rumah sendiri. Namun, biaya untuk pelunasan rumah belum bisa terpenuhi. Masih ada tunggakan ke bank tempat kami meminjam uang dan kami harus melunasi di tahun 2024.
Sejak kecil, aku bersekolah di sekolah swasta Katolik karena aku dilahirkan di keluarga dan lingkungan Katolik. Lagi pula, aku tidak pernah merasa rugi bersekolah di sekolah Katolik karena banyak pengalaman yang bisa aku ambil, baik pengalaman sedih maupun menyenangkan. Pengalaman pertama yang berkesan karena aku bisa membuktikan bahwa diriku itu mampu untuk mengikuti pembelajaran dan mendapatkan nilai bagus walaupun tidak pernah les. Intinya, karena hal ini aku jauh lebih percaya diri dengan kemampuanku. Selain itu, ada pengalaman di mana aku harus bisa membagi waktuku antara mengerjakan tugas, ulangan harian, dan mengikuti ekstrakurikuler Marching Band. Marching Band bagiku merupakan pengalaman yang paling membekas dalam hidupku, makanya sampai sekarang aku masih mengikuti Marching Band. Memasuki masa SMA, aku menjalani kehidupan sebagai anak asrama. Kehidupan asrama ini membuatku jadi lebih bisa mengatur waktu lebih baik karena semua kegiatan apalagi kalau ada acara seperti Natalan, BKSN, Valentine, dan lain-lain. Kami sebagai murid yang menjadi panitia dan penanggung jawab. Sekolah hanya memantau proses dan mengikuti kegiatannya. Di SMA ini pula aku diberi kesempatan untuk menjadi ketua DA (kalau di SMA biasa disebut ketua MPK). Aku menjadi ketua DA pada percobaan kedua mendaftar sebagai OSIS dan tidak disangka teman-teman memercayaiku menjadi ketua. Selain menjadi ketua DA, aku juga menjadi manajer bagi klub VLC (Van Lith Cheerleader). Di sini aku juga belajar bagaimana membuat proposal pengajuan dana, menyusun LPJ (Laporan Pertanggungjawaban), menjalin komunikasi dengan pihak sekolah terkait pengajuan dana, dan menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang membantu seperti transportasi dan konsumsi.
Masa kuliah, menurutku masa ini masa yang paling bahagia dan salah satu syukur di dalam hidupku karena aku bisa berkuliah. Mengecewakan karena tidak bisa meringankan beban orang tua terkait biaya, namun aku bersyukur karena bisa dibiayai oleh orang baik sehingga aku bisa berkuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tahun pertama dan tahun kedua aku dibiayai oleh Pater Markus, SJ. Di Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini, aku mengikuti salah satu UKM yang ada yaitu Marching Band. Aku memilih marching band karena waktu SMP aku sudah ada pengalaman dalam bidang ini sehingga ada keinginan untuk melanjutkan karena sempat terhenti waktu SMA. Di UKM ini pula, di tahun ini aku dipercayai untuk menjadi Pengurus Harian sebagai Ketua Bidang Umum.
Untuk kegiatan gereja dan lingkungan rumah sendiri, sekarang ini aku tidak mengikuti apa pun dikarenakan sudah berada di Jogja dan dulunya waktu SMA masuk ke sekolah berasrama jadi tidak bisa terlibat secara aktif dalam kegiatan gereja dan lingkungan rumah. Tetapi, aku masih tergabung dalam OMK sebagai anggota. Dan karena beberapa kegiatan OMK sekarang ini dilakukan secara online, aku masih mengikuti kegiatan tersebut, contohnya kegiatan pertemuan APP. Sebelum SMA pun aku aktif dalam kegiatan organisasi gereja seperti putra-putri altar, pendamping PIA (Pendampingan Iman Anak), dan anggota serta pengurus PIR (Pendampingan Iman Remaja). Untuk membagi waktunya sendiri, aku tipe orang yang tidak suka menunda pekerjaan dan tugas-tugas. Maka dari itu, aku membiasakan diriku untuk menyelesaikan tugas dalam waktu seminggu sebelum bertemu minggu berikutnya kelas perkuliahan. Jika ada tugas, biasanya aku mencicil terlebih dahulu, sehabis itu mengikuti pertemuan UKM dengan sungguh-sungguh dan setelah kelas UKM baru menyelesaikan tugas. Jika aku memiliki keinginan untuk menyelesaikan tugas tersebut, maka aku akan segera menyelesaikan.
Untuk tahun ketiga ini, aku bersyukur karena bisa diterima menjadi salah satu Penerima Beasiswa KAMAJAYA. Aku mengikuti pendaftaran dan seleksi Beasiswa KAMAJAYA dikarenakan aku ingin meringankan beban orang tua sehingga orang tua dapat lebih fokus kepada adikku dan kembaranku yang juga masih membutuhkan dana. Orang tuaku percaya kepadaku bahwa aku mampu mendapatkan beasiswa sehingga orang tuaku selalu mendorong aku untuk mendaftar segala beasiswa sampai aku bisa mendapatkannya serta menjadikan beasiswa ini motivasiku untuk terus memberikan hasil yang terbaik di setiap mata kuliah. Dengan kepribadianku yang gampang stres setiap kali nilai turun, maka aku selalu mengingat bahwa aku sudah mendapatkan kemudahan dengan tidak memikirkan dana yang harus dikeluarkan orang tua sehingga semangat inilah yang memacuku untuk selalu belajar terus-menerus sampai aku paham dengan materinya. Selain itu, aku melihat bahwa Beasiswa KAMAJAYA tidak mensyaratkan IPK tertentu seperti Beasiswa Liem Family. Beasiswa KAMAJAYA membantu aku untuk terus berjuang mendapatkan nilai yang terbaik tanpa harus membuatku mengalami stres berlebih terkait nilai yang tidak sesuai dengan nilai minimal yang diwajibkan. Hal ini menjadi pertimbangan buatku untuk berusaha agar dapat diterima di Beasiswa KAMAJAYA ini.
Dengan Beasiswa KAMAJAYA ini, aku sungguh bersyukur karena aku bisa meringankan beban Bunda dan Ayah. Aku sangat membutuhkan beasiswa dikarenakan dari awal masuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta, aku sudah mengharuskan diriku sendiri untuk bisa meraih beasiswa agar dapat meringankan beban Bunda dan Ayah serta dapat mengalihkan bantuan dana dari Pater Markus, SJ untuk adikku yang ada di Malang. Sekedar info, Puji Tuhan adikku diterima di Universitas Brawijaya melalui jalur SNMPTN. Satu hal yang aku yakini yaitu semua hal yang diharapkan belum tentu Tuhan beri. Namun, dari hal kecil yang disyukuri, satu per satu rencana Tuhan dalam hidup kita akan kita rasakan. Bersyukur dan berbuat baik setiap harinya dan jangan menyerah tentang mimpi dan doa kita sendiri.
Aku memiliki keinginan untuk lulus tepat waktu sesuai dengan kemampuanku sendiri. Selain itu, aku memiliki keinginan untuk memilih topik skripsi ataupun KKN nantinya yang akan aku jalani, yaitu Pengauditan. Ada satu judul mata kuliah yang menarik perhatianku yaitu “Akuntansi Forensik dan Audit Kecurangan”. Mata kuliah ini mendorong minatku ke topik Pengauditan. Aku berharap bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu (tidak melebihi 4 tahun).
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri serta membantu orang-orang yang mengalami kesusahan. Sebagai penerima dan lulusan Beasiswa KAMAJAYA, aku ingin membantu dan terlibat secara aktif dalam kepengurusan KAMAJAYA Scholarship, dimulai memberikan motivasi kepada calon penerima dan penerima beasiswa. Aku siap terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan KAMAJAYA Scholarship. “Aku rasul awam sejati”.
No Comments