Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Amanda Gita Sasmitha
Amanda Gita Sasmitha
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
8 Agustus 2002
Yogyakarta
Fakultas Teknik Prodi Arsitektur semester 6 (Januari 2024)
Amanda Gita Sasmitha
Mahasiswi Fakultas Teknik UAJY Prodi Arsitektur
Atas Kehendak-Nya, Saya Diangkat dari Keterpurukan
Salam hangat bagi kita semua.
Pertama-tama, perkenalkan nama saya Amanda Gita Sasmitha sering kali dipanggil Gita. Tanggal lahir saya bertepatan pada 8 Agustus 2002 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tahun ini pun saya sudah berusia 21 dan sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Arsitektur semester 6 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Keluarga saya terdiri dari ayah, ibu, saya, dan adik perempuan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya tinggal bersama dengan keluarga yang berlokasi di Dusun Dukuhsari, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Sedikit cerita, pada masa kecil hingga masa remaja, keluarga saya termasuk dalam keluarga harmonis atau cemara. Namun, di saat dewasa tepatnya menginjak masa perkuliahan, keharmonisan pada keluarga saya pun mulai pudar dan menghilang karena kondisi sekarang yang banyak akan tuntutan hidup. Bapak saya berkerja sebagai wirausaha, dengan usaha yang dibilang sering berubah karena kondisi yang tidak menentu dan sekarang sedang mengelola usaha rongsok/barang bekas pada 2 tahun terakhir ini. Ibu saya yang awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga, namun dengan keadaan sekarang yang dituntut oleh keadaan ekonomi, beliau bekerja dengan usaha warung sate kambing yang baru sekitar hampir 2 tahun dijalaninya.
Kondisi ekonomi orangtua saya sekarang bisa dibilang menurun dari masa lalu. Dahulu pekerjaan bapak saya lebih menjanjikan dan mapan dari sekarang. Namun, pada saat di tahun 2020 di mana pandemi Covid-19 muncul, usaha bapak saya mulai menurun. Pada saat itu, bapak saya mulai merantau dan mencari peluang usaha yang ada. Lalu pada suatu saat, bapak saya menemukan usaha baru di bidang perkayuan yang akan beliau jalani. Bapak saya mulai mendalami usaha barunya dengan bermodalkan uang yang cukup besar. Saat itu, bapak saya yakin akan usaha tersebut. Akhirnya pada suatu ketika, bapak saya terkena penipuan. Semua modal yang telah bapak saya berikan hilang begitu saja. Padahal saat itu tepat di mana saya lulus SMK dan akan mendaftar kuliah.
Saya memulai pendidikan dengan bersekolah di Taman Kanak-Kanak Al-Amien Kadisoko selama 2 tahun. Dilanjutkan dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Purwomartani selama 6 tahun. Pada saat itu pun, saya bukan seseorang yang rajin maupun pandai akan pelajaran di sekolah. Saya masih menjadi seseorang yang pemalu, pemalas, dan memiliki ketertarikan yang rendah akan pelajaran. Dengan begitu, pada saat keluarnya nilai Ujian Nasional saya mendapatkan nilai yang standar. Hal itu menjadi titik akhir akan kemalasan saya.
Saya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Ngemplak selama 3 tahun. Sekolah tersebut bukanlah sekolah impian saya dan masih kurang dikenal pada masanya. Lingkungan sekolah yang asing, pergaulan teman yang baru, lokasi yang jauh membuat perasaan saya cukup takut dan kacau pada saat itu. Namun, saya tetap yakin dan menyerahkan semua yang terjadi kepada-Nya. Saya memulai kehidupan baru dengan meningkatkan waktu belajar seperti mengikuti berbagai les di luar jam sekolah dan fokus pada setiap pelajaran yang ada. Seiring berjalannya waktu, dengan tak terduga saya menjadi juara kelas pada masa SMP dan menjadi bagian dari murid-murid unggulan yang ada pada saat itu. Akhirnya, saat kelulusan pun saya mendapatkan nilai yang maksimal dan membuat orang tua saya menjadi bangga akan keberhasilan saya.
Saya melanjutkan sekolah di STM Pembangunan atau sekarang bernama SMKN 2 Depok Sleman atau lebih dikenal dengan sebutan stembayo selama 4 tahun. Sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan yang ada di Kota Yogyakarta dan dengan hasil perjuangan saya mendapatkan nilai yang baik di SMP, saya mampu menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Saya mengambil jurusan Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan. Pilihan ini merupakan hasil dari diskusi saya bersama dengan Ayah. Singkat cerita, pada saat itu saya menempuh pendidikan dengan masa belajar di kelas selama 3 tahun dan masa magang di perusahaan selama 1 tahun. Puji Tuhan, kala itu pendidikan dan magang saya dilancarkan. Namun, semua kelancaran itu akhirnya berakhir dan titik awal akan keterpurukan saya tiba.
Tibalah masa pandemi Covid-19 yang melonjak tepat di saat saya selesai magang dan mulai memikirkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Saat itu, saya bimbang apakah akan langsung kerja atau meneruskan pendidikan saya. Pandemi Covid-19 membuat pekerjaan ayah saya terganggu. Namun, atas keyakinan dan kehendak ayah dan ibu akan masa depan saya, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Beberapa saat setelah selesai pendaftaran mahasiswa baru, kejadian buruk menimpa keluarga saya. Ayah saya yang bekerja sebagai wirausaha, harus menutup usahanya karena situasi pandemi Covid-19.
Bapak saya mengalami kekecewaan yang begitu mendalam, ditambah lagi kondisi ekonomi yang sedang menurun. Pada saat itu, saya dan orang tua saya mengalami kebimbangan akan kelanjutan pendidikan saya karena kondisi ekonomi keluarga yang sedang tidak baik. Saat itu, saya tetap berusaha mencoba SBMPTN, KIP Kuliah, dan pendaftaran beasiswa lainnya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Saya tidak lolos SBMPTN dan pada pendaftaran KIP kuliah di mana saya telah menyelesaikan dokumen-dokumen yang diperlukan namun tiba-tiba pada jurusan Arsitektur dibatalkan oleh Universitas Atma Jaya Yogyarkarta. Saat itu, saya sangat sedih dan sudah pasrah dengan keadaan. Saya sudah putus asa dan berniat untuk tidak kuliah dulu dan melanjutkan kerja.
Pada saat itu, saya bekerja di konter pulsa untuk mendapatkan uang saku selama 3 bulan sebelum akhirnya masuk kuliah. Setelah pertimbangan yang panjang dan lebar, orang tua saya tetap menguatkan saya untuk mendaftar kuliah, dan akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kuliah. Di dalam keluarga besar saya pun hanya orang tua saya saja yang mengharapkan serta menguatkan saya untuk tetap meneruskan pendidikan. Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan jurusan Arsitektur memang telah menjadi pilihan saya dari awal. Saya pun mendaftar dan juga meminta keringanan biaya pendaftaran pada universitas tersebut. Orang tua saya pun meminjam uang untuk membiayai pendaftaran kuliah saya.
Pada saat itu, saya telah membayar uang pendaftaran pertama sehingga saat pembayaran kedua saya dan orang tua saya sangat keberatan dengan kondisi seperti itu. Saya berusaha mengajukan surat keringanan biaya perkuliahan pada Kantor Keuangan UAJY. Lalu, masa perkuliahan pun dimulai dengan cara perkuliahan online (daring). Pada saat Semester 1, perkuliahan berjalan dengan sewajarnya. Hingga tiba saat masa ujian akhir semester, karena semua perkuliahan masih via online, maka saya mendapatkan dispensasi mengikuti ujian tanpa harus menyelesaikan biaya perkuliahan seperti seharusnya.
Lalu, tibalah saat liburan Semester 1. Saat itu, usaha ayah saya bangkrut dan membuatnya harus banting setir untuk memulai usaha yang baru. Dengan begitu, keuangan keluarga saya saat itu sangat minim dan membuat saya berpikiran untuk mengakhiri perkuliahan ini. Namun, orang tua saya menguatkan kembali tekad saya untuk tetap melanjutkannya dan mereka pun juga meyakinkan kepada saya bahwa usaha ayah bisa bangkit kembali. Kemudian pada Semester 2, saya melanjutkan kuliah sama halnya seperti semester lalu, perkuliahan berjalan dengan sewajarnya. Walaupun banyak tekanan dan permasalahan biaya pada perkuliahan, saya tetap berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meresapi materi serta menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Hingga akhirnya pada Semester 1 dan 2, saya mendapatkan IPK yang cukup memuaskan bagi saya.
Tibalah di Semester 3, di mana UAJY sudah memulai kegiatan perkuliahan secara luring di kelas. Semester ini menjadikan titik yang paling berat selama perkuliahan. Banyak faktor yang membuat semester ini cukup berat selain karena perkuliahan yang dilakukan secara luring, antara lain kegiatan kepanitiaan, masalah keluarga, dan pastinya masalah tunggakan biaya kuliah yang belum selesai. Saat akan mengikuti ujian semester, saya bingung dan tertekan karena tuntutan dari Kantor Keuangan UAJY untuk melunasi biaya kuliah sebelum mengikuti ujian semester. Orang tua saya yang masih belum dapat membayar itu semua cukup membuat mental saya jatuh dan capek. Selama masa perkuliahan Semester 3, yang dapat saya lakukan hanya berdoa dan berserah diri kepada Tuhan, meyakini semua hal yang terjadi pasti atas kehendak-Nya.
Akhirnya setelah kegelapan yang saya lalui di saat Semester 3, saya diberikan kekuatan dan kesenangan tersendiri dari Tuhan, yaitu dengan menjadikan saya sebagai salah satu mahasiswa dengan karya desain arsitektur terbaik 5 besar pada penghargaan DA1 Award. Penghargaan itu merupakan hasil karya tugas akhir mata kuliah desain arsitektur yang dipilih melalui penilaian para dosen. Selain itu, akhirnya saya juga mendapatkan dispensasi dari Kantor Keuangan UAJY untuk mengikuti ujian akhir semester serta di akhir Semester 3 saya mendapatkan nilai IPK yang tertinggi daripada semester-semester sebelumnya. Puji Tuhan atas semua kehendak-Nya membuat saya lebih semangat di kemudian hari walaupun melalui masa-masa sulit.
Tidak jauh berbeda, kesulitan pada Semester 4 yang saya lalui sama seperti semester sebelumnya. Masalah yang ada pada keluarga saya semakin parah, membuat saya lebih terpuruk pada saat itu, sehingga saya merasa kurang nyaman akan keberadaan saya di rumah. Hingga akhirnya saya pun cukup sering menginap serta mengerjakan tugas di tempat kos teman saya.
Waktu berlalu, pada suatu saat saya melihat poster Pendaftaran Beasiswa KAMAJAYA membuat saya langsung berniat untuk mendaftarnya. Saya mendaftar Beasiswa KAMAJAYA tanpa memberi tahu orang tua karena saya takut jika gagal mendapatkan beasiswa ini akan membuat orang tua saya kecewa. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk tes wawancara dan pada akhirnya saya diberikan kepercayaan dari pihak KAMAJAYA Scholarship untuk menjadi penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7. Kemudian, saya pun memberitahukan kepada orang tua saya, mereka pun sangat berterima kasih dan bersyukur akan hal itu.
Dari hasil ini, saya sangat percaya akan kehendak Tuhan, semua kesulitan yang kita lalui pasti akan diberikan imbalan yang setimpal di kemudian hari. Diterimanya saya menjadi bagian dari keluarga KAMAJAYA Scholarship menjadi hadiah terbesar saya selama masa perkuliahan ini. Saya sangat berterima kasih dan bersyukur. Tuhan memberikan kehendak-Nya melalui KAMAJAYA Scholarship untuk mengangkat saya dari keterpurukan.
SUWITO TASLIM
17 April 2024 17:34Lanjutkan perjuanganmu, Tangan Tuhan selalu bersamamu. Amin