
Opini: Belajar di Mana Saja

Hari Pendidikan Nasional selalu jadi momen reflektif bagi saya. Sebagai mahasiswa yang kini berada di tengah masa perkuliahan, saya menyadari bahwa proses belajar tidak pernah sebatas apa yang terjadi di ruang kelas. Pendidikan hidup dalam banyak bentuk, dalam kegagalan, pertemanan, pengalaman organisasi, bahkan dalam tekanan konflik yang pernah saya hadapi. Pendidikan adalah pengalaman yang membentuk, bukan hanya hafalan yang diujikan.
Setiap kali 2 Mei tiba, saya selalu teringat satu pertanyaan yang sering muncul di kepala, “Apakah saya sudah benar-benar belajar?” Bukan hanya dari buku, tapi dari pengalaman, kegagalan, juga dari orang-orang sekitar. Hari Pendidikan Nasional tahun ini kembali mengingatkan saya bahwa pendidikan tidak terbatas pada ruang kelas, karena pendidikan tumbuh di mana saja dan dari siapa.
Sebagai mahasiswa manajemen, saya sering diajak berpikir bagaimana manusia bisa bertumbuh, bagaimana potensi bisa dikembangkan, dan bagaimana sistem mendukung manusia untuk maju. Tapi di lain sisi, saya juga belajar banyak tentang itu dari kehidupan di luar kelas di mana saya benar-benar belajar bertanggung jawab, berpikir jernih saat panik, dan memahami pentingnya komunikasi yang rapi. Semua pengalaman itu menjadi ruang pendidikan yang tidak pernah saya temui di silabus kampus.
Pengalaman magang juga jadi ruang belajar yang tidak bisa digantikan. Saya tidak hanya belajar tentang dunia kerja, tapi juga tentang bagaimana rasanya menghadapi ekspektasi orang lain dan mengenali potensi diri sendiri yang sering tersembunyi. Pendidikan bagi saya bukan hanya sekadar nilai di transkrip, melainkan proses panjang yang membentuk karakter.
Tapi di balik itu semua, saya menyadari satu hal, yaitu tidak semua orang punya akses atau kesempatan belajar yang sama seperti saya. Masih banyak teman-teman di luar sana yang harus berjuang lebih keras hanya untuk mendapatkan pendidikan dasar. Banyak teman-teman yang harus membagi waktu antara sekolah dan membantu orang tua bekerja. Banyak anak-anak di pelosok yang harus berjalan jauh hanya untuk bisa sekolah. Ketimpangan ini membuat saya percaya bahwa pendidikan harus kita perjuangkan bersama, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk mereka yang belum punya cukup uang. Jika hari ini kita sudah mendapatkan pendidikan yang baik, maka tugas kita bukan hanya belajar dengan baik, tapi juga membuka akses bagi orang lain.
Saya percaya bahwa peran kita sebagai generasi muda bukan hanya menjadi pembelajar yang aktif namun juga menjadi penggerak. Pendidikan adalah alat untuk mengubah hidup, bukan hanya untuk memperbaiki nasib pribadi tapi juga untuk menciptakan dampak sosial. Membantu teman kelompok yang kesulitan memahami materi, mengajak adik-adik tingkat untuk semangat mengikuti kegiatan atau sekadar jadi teman diskusi yang suportif adalah bentuk dari pendidikan. Pendidikan bukan selalu soal siapa yang paling pintar, namun siapa yang paling peduli terhadap proses tumbuh bersama.
Di Hari Pendidikan Nasional, saya mengajak siapa pun yang sedang menempuh pendidikan untuk melihat proses belajar sebagai perjalanan bersama. Karena dari proses itulah karakter dibentuk, nilai-nilai tumbuh, dan bangsa ini perlahan menjadi lebih baik. Pendidikan tidak harus selalu formal, tapi harus selalu bermakna. Dan saya percaya, makna itu akan terus hidup selama kita tidak pernah berhenti belajar, tidak pernah berhenti berbagi, dan tidak pernah berhenti peduli.
Yogyakarta, 2 Mei 2025
Avrilla Putri Indraprasta
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2022
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7
No Comments