
Coretan Mahasiswa: Ketika Keadilan Tersingkir oleh Uang
Dalam teori yang kami pelajari di bangku kuliah, keadilan adalah prinsip dasar yang seharusnya berlaku setara bagi siapa pun, tanpa memandang status sosial ataupun kekayaan. Hukum dijunjung tinggi sebagai penjaga keadilan, dan semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Namun, realitas sosial yang kami saksikan sehari-hari justru mempertontonkan hal sebaliknya: keadilan sering kali tunduk pada kekuasaan dan kekayaan.
Berulang kali, publik disuguhi berita mengenai pelaku kejahatan kerah putih yang mendapatkan perlakuan istimewa di pengadilan. Hukuman ringan, fasilitas mewah di balik jeruji, hingga “alasan medis” yang tiba-tiba muncul menjelang vonis, menjadi gambaran betapa uang mampu memutarbalikkan proses hukum. Sebaliknya, pelanggaran kecil yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah langsung ditindak secara tegas tanpa banyak pertimbangan. Perbedaan perlakuan inilah yang melukai rasa keadilan publik, termasuk kami sebagai generasi muda yang tengah menempuh pendidikan hukum dan sosial.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah keadilan benar-benar bisa dibeli? Jika iya, maka prinsip negara hukum dan demokrasi yang kami pelajari di kelas hanyalah idealisme yang belum sepenuhnya tercermin dalam praktik. Bagi mahasiswa, situasi ini bukan hanya menciptakan rasa kecewa, tetapi juga kekhawatiran akan masa depan hukum di negeri ini. Apakah nanti, ketika kami turun langsung ke masyarakat, kami masih bisa percaya bahwa hukum benar-benar berpihak kepada yang benar, bukan kepada yang berduit?
Kami memahami bahwa sistem hukum tidaklah sempurna, dan reformasi tidak dapat terjadi dalam semalam. Namun, harapan tetap ada. Kami percaya bahwa masih ada aparat penegak hukum yang menjunjung integritas, dan masih banyak elemen masyarakat yang peduli terhadap keadilan sejati. Kami juga yakin bahwa generasi muda, termasuk kami para mahasiswa, memiliki peran penting dalam membangun sistem hukum yang lebih adil dan bermartabat.
Keadilan seharusnya tidak tunduk pada kekuatan uang. Keadilan harus hidup dan berpihak kepada kebenaran. Maka, sebagai mahasiswa, kami memilih untuk terus bersuara, belajar, dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan—meski jalannya panjang dan penuh tantangan. Karena pada akhirnya, keadilan yang sejati bukanlah milik segelintir orang, melainkan hak semua manusia.
No Comments