
Lentera Atma: Berdoa Bukan Soal Mood, tetapi Disiplin Kasih
Ayat 1 Tesalonika 5:17 yang berbunyi, “Tetaplah berdoa” mungkin terdengar sederhana namun maknanya sangat dalam dan menantang terutama untuk kita sebagai mahasiswa. Di tengah jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, organisasi yang sibuk, belum lagi urusan pribadi dan overthinking, kadang doa jadi hal yang kita lakukan “kalau sempat” atau “kalau lagi pengen”. Tapi ayat ini justru menegaskan hal sebaliknya: doa bukan soal mood tapi doa adalah soal kedisiplinan, bahkan soal kasih.
Sering kali kita berpikir kalau doa harus menunggu momen yang tenang atau suasana hati yang mendukung. Padahal, Tuhan mengajak kita untuk tetap terhubung dengan-Nya setiap saat dan dalam kondisi apa pun. Sama seperti kita menjaga komunikasi dengan orang yang kita sayangi, begitu juga dengan Tuhan karena doa adalah bentuk kasih yang setia dan bukan hanya sekadar rutinitas atau formalitas.
Berdoa secara terus-menerus bukan berarti harus menutup mata di tengah kelas atau meeting. Tapi lebih ke arah hidup yang sadar akan hadirat Tuhan dan melibatkan Dia dalam pikiran serta keputusan kita. Saat berjalan ke kampus, saat makan siang, bahkan saat overthinking di malam hari, semua itu bisa jadi momen untuk berdoa asal hati kita mau terbuka dan hadir bersama Tuhan.
Menjadikan doa sebagai gaya hidup memang butuh komitmen. Tapi justru di situlah letak kasih sejati di saat kita memilih untuk datang kepada Tuhan bukan karena mood tapi karena cinta. Disiplin doa bukan beban, tapi bentuk kasih yang matang, kasih yang tidak tergantung perasaan, tapi tumbuh karena hubungan yang dekat.
Jadi, mari belajar untuk tetap dan terus berdoa. Bukan hanya di saat kita merasa butuh, tetapi juga di saat semuanya baik-baik saja. Karena Tuhan bukan hanya tempat untuk mengeluh, Dia adalah sahabat, Bapa, dan sumber kekuatan untuk kita semua.
No Comments