
Kisah Penerima Beasiswa: Terinspirasi Semangat Ayah, hingga Raih Medali lewat Olahraga Basket
Berawal dari semangat yang ditorehkan sang ayah melalui rutinitasnya berolahraga di rumah, kemudian menumbuhkan semangat seorang anak untuk berolah raga. Ayah adalah seorang atlet beladiri pencak silat dan juga seorang guru pencak silat, semangat Ayah untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh sangatlah besar, dari situ terdoronglah keinginan sang anak untuk berolah raga untuk memiliki tubuh yang bugar dan sehat seperti sang ayah.
Dimulai dari masa kecilku pada umur 6 tahun, saya sudah mulai dikenalkan olah raga renang oleh Ayah, dan mulai diajarkan untuk berenang sejak usia dini. Pada saat itu, saya yang takut dengan air yang dalam mulai belajar berenang didampingi Ayah yang sangat menginginkan anaknya dapat berprestasi suatu saat kelak. Saya terus belajar berenang hingga terus merasakan jatuh bangunnya berenang dan tenggelam beberapa kali. Namun selalu ada Ayah di samping saya untuk menjaga saya saat berlatih untuk berenang.
Hari terus bertambah, dan tahun pun terus berlalu, saya yang mulai bosan pada olahraga renang itu memutuskan untuk mencoba olahraga basket saat saya duduk di bangku SMP. Kala itu berawal dari ajakan kakak kelas yang meyakinkan saya dapat bergabung pada ekstrakurikuler basket karena memiliki postur tubuh yang tinggi. Dorongan dan semangat teman-teman tim dan kakak kelas sangat memacu semangat saya dalam mencoba olahraga basket, ditambah dengan teman-teman dan juga kakak-kakak tim basket yang sangat welcome dan juga ramah menambah kenyamanan saya dalam mengikuti ekstrakurikuler basket ini. Saya memulai ekstrakurikuler basket dengan penuh semangat dan impian ingin menjadi pemain hebat pada olahraga satu ini. Beberapa kali sekolah saya mengikuti pertandingan, dan pada tahun pertama saya bergabung tim saya sering kalah. Dari situ memacu semangat saya untuk menambah porsi latihan untuk menjadi semakin hebat dan lebih hebat lagi. Dorongan semangat dan dukungan Ayah dan juga doa Ibu yang selalu mengiringi menjadi kekuatan saya untuk menjalani proses pelatihan ini.
Awal yang tidak mudah untuk saya jalani, karena pada saat itu saya sempat dipanggil untuk mengikuti seleksi POPDA, namun pada akhirnya saya tidak terpilih. Hal ini sempat membuat saya merasa down. Lalu saya terus menambah porsi latihan dan akan menunjukkan ke semua orang bahwa saya suatu saat bisa berada di sana atas usaha saya selama ini. Tak lama setelah kegagalan pada seleksi yang saya ikuti di awal karier saya, akhirnya membawa saya untuk bergabung pada salah satu club basket bernama Yuso Basketball.
Pada saat itu, saya mulai mengenal banyak teman baru dan berbagai macam ciri khas bermain mereka masing-masing. Saya mulai berlatih di club dan menikmati setiap proses yang saya jalani untuk menjadi lebih hebat lagi sesuai tekat saya di awal, dan perjalanan pun semakin berat. Banyak hal yang awalnya tidak mampu untuk saya jalani, tapi selalu saya paksakan sampai batas maksimal tubuh saya agar ada kemajuan yang signifikan. Akhirnya saya sampai pada momen di mana tubuh saya drop dan sakit, demam tinggi pada saat itu. Hal itu terjadi karena tubuh saya terforsir akibat over training dan syukurlah saya dapat melewati demam tinggi pada saat itu yang berjalan selama delapan hari.
Setelahnya saya pelan-pelan kembali berlatih untuk terus mengejar keinginan saya yang tinggi itu, dan tak lupa juga diimbangi dengan doa dan ibadah yang rutin. Banyak hal yang sering saya adukan kepada Allah untuk dapat mencapai dan menggapai apa yang saya kejar dan usahakan. Tak lupa juga teman-teman yang selalu mendukung perjalanan saya pada saat itu juga menjadi bagian dari semangat saya. Alhamdulillah setelah banyak rasa sakit dan jatuh bangun yang saya lalui, akhirnya saya mengikuti sebuah seleksi kejurnas ke-16 tahun 2016 untuk membela Provinsi DIY.
Alhamdulillah saya terpilih ke dalam jajaran tim saat itu, tak hanya itu saja, saya dipanggil untuk mengikuti seleksi POPWIL DIY dan saya kembali terpilih menjadi jajaran tim POPWIL DIY pada tahun 2016. Pada saat pengumuman pemilihan atlet untuk tim POPWIL saya menjadi pemain termuda di tim yang mana saya menjadi satu-satunya atlet termuda yang duduk di bangku SMP. Saat itu saya duduk di kelas 9 atau kelas 3 SMP dan masih berusia 16 tahun. Atlet yang lainnya rata-rata berumur di atas saya yang rata-rata duduk di bangku kelas 2 dan 3 SMA pada saat itu. Saya sangat bersyukur karena telah mendapatkan kesempatan ini yang tak lepas dari doa dan dukungan dari kedua orang tua, serta giat berlatih tak kenal letih pada saat itu.
Ayah dan ibu saya menatap penuh gembira melihat anaknya dapat sampai di titik ini, yang mana dulu ayah juga memiliki keinginan untuk bisa seperti anaknya. Namun ayah berkata bahwa saya telah diberi banyak keberkahan oleh Allah sehingga saya sampai di titik ini. Banyak rasa syukur yang saya rasakan setelah banyaknya sakit yang dilalui namun semua itu berbuah manis pada akhirnya.
Dari pengalaman ini membawa semakin lebih giat dan memiliki semangat membara untuk terus berlatih menjadi lebih hebat lagi dari sebelumnya. Tidak hanya itu saya mendapatkan panggilan untuk bergabung pada sebuah tim basket SMA yang memiliki tim basket cukup kuat pada saat itu, yaitu SMAN 4 Yogyakarta. Banyak prestasi yang saya ukir bersama sekolah ini dan membawa saya ke berbagai ajang kejuaraan olahraga yang lain seperti POPNAS, Pra-PON, PORDA, POPDA, Kejurnas U18, dan seleknas (seleksi Tim Nasional Indonesia kelompok umur 18 Tahun). Walaupun gagal pada seleksi Timnas, namun saya bersyukur karena seleksi Timnas ini membawa saya memiliki banyak panggilan mendapatkan beasiswa di banyak kampus di Indonesia, yaitu melalui jalur beasiswa olah raga basket.
Setelah banyak pertimbangan dan banyak hal yang saya pikirkan, saya memilih untuk melanjutkan studi dan jenjang karir prestasi basket saya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Alhamdulillah dari banyaknya kejuaraan yang sudah saya ikuti, menghasilkan banyak medali yang saya raih dan semua hal ini akan menjadi saksi perjuangan saya selama ini. Dari sini dapat saya ulang kembali kenangan ketika saya pertama kali melihat ayah saya berolah raga yang menumbuhkan semangat juang saya. Hal itu saya lakukan tak hanya semata-mata hanya untuk menjaga kebugaran, namun juga untuk membanggakan kedua orang tua saya.


Inspirasi yang diberikan oleh ayah telah membawa anaknya melangkah sejauh ini, dan dari sini saya belajar bahwa orang terdekat kita memiliki peran penting dalam menginspirasi kita, terutama seorang ayah dan ibu dalam menginspirasi anaknya untuk menjadi hebat, dorongan, semangat, dan doa restu juga menjadi komponen penting dalam perjalanan hidup seorang anak, menjadi semangat untuk terus membahagiakan kedua orang tua dan menjadi berkat untuk sesama dan juga lingkungan sekitar.
Yogyakarta, 19 Juni 2025
Naufal Alif Farhan Ramadhani
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2019
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-8
No Comments