KAMAJAYA Scholarship / Kisah/Kesaksian/Testimoni  / Kisah Penerima Beasiswa: Beasiswa KAMAJAYA Adalah Sebuah Kepercayaan

Kisah Penerima Beasiswa: Beasiswa KAMAJAYA Adalah Sebuah Kepercayaan

Sejak orang tua saya berpisah, saya tinggal bersama ibu. Papa saya memilih menetap di Jakarta dan kini telah memiliki keluarga baru. Ibu yang dulu sempat bekerja akhirnya berhenti, dan kini hanya mengandalkan uang pensiun dari almarhum kakek saya yang dulu seorang guru. Kehidupan kami bisa dibilang pas-pasan, sering kali penuh dengan perhitungan. Papa sudah jarang mengirim uang bulanan dan perlahan melepaskan tanggung jawabnya. Ibu berusaha sekuat tenaga, meskipun di usianya sekarang semakin sulit mencari sumber penghasilan baru. Saya menyaksikan sendiri bagaimana ibu saya berjuang agar saya tidak merasa kekurangan, walau saya tahu hati kecilnya sering diliputi rasa khawatir tentang masa depan kami.

Saat masih kecil hingga SMA, perjalanan pendidikan saya berjalan cukup lancar. Waktu itu ibu masih bekerja dan papa masih sedikit membantu, sehingga saya bisa sekolah tanpa banyak hambatan. Namun, keadaan berubah drastis ketika saya masuk kuliah. Saya memilih Universitas Atma Jaya Yogyakarta karena papa sudah berjanji akan menanggung biaya kuliah dan biaya hidup saya di Yogyakarta. Janji itu yang membuat saya yakin melangkah, sebab saya percaya beliau ingin menebus tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Akan tetapi, nyatanya janji itu tidak pernah ditepati. Papa mengalami kendala pekerjaan, dan sejak itu ia berhenti mengirimkan uang bulanan. Semua yang sudah direncanakan menjadi berantakan, dan saya serta ibu harus menghadapi kenyataan pahit tanpa persiapan.

Dalam kondisi itu, keluarga dari pihak ibu menjadi penopang kami. Saudara-saudara, terutama adik dari ibu saya, ikut membantu sebisanya. Ada yang membantu kebutuhan sehari-hari, ada pula yang sesekali memberi uang tambahan. Saya sangat berterima kasih karena tanpa mereka mungkin saya sudah tidak bisa melanjutkan kuliah sejak awal. Namun, seiring berjalannya waktu, saya tahu saya tidak bisa terus bergantung pada kebaikan mereka. Pada semester 4, saya akhirnya terpaksa cuti kuliah karena kondisi ekonomi semakin menekan. Itu adalah salah satu titik terendah dalam hidup saya, saat saya merasa masa depan yang saya impikan seakan menjauh.

Selama cuti itu, saya memutuskan bekerja di sebuah kafe sebagai koki bagian dapur. Pekerjaan ini tidak mudah, apalagi saya harus belajar dari nol tentang ritme dapur yang cepat dan menuntut fisik. Namun, enam bulan bekerja di sana memberikan banyak pelajaran. Saya belajar menghargai setiap rupiah yang saya dapatkan, sekaligus merasa sedikit lega karena tidak lagi harus meminta uang saku kepada ibu. Saya juga belajar agar pekerjaan tidak boleh ditunda. Beban ibu juga sedikit berkurang, meskipun saya tahu beliau tetap menyimpan banyak kekhawatiran tentang pendidikan saya. Di sela-sela kesibukan bekerja, saya tidak pernah berhenti mencari informasi tentang beasiswa. Saya percaya bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk memperbaiki hidup saya dan ibu.

Harapan itu akhirnya datang ketika saya mengetahui adanya KAMAJAYA Scholarship. Beasiswa ini memang ditujukan bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi, seperti saya. Saya memberanikan diri mendaftar, lalu menghadapi proses wawancara yang membuat saya harus jujur tentang perjalanan hidup saya. Rasanya campur aduk antara gugup, takut, sekaligus penuh harap. Ketika akhirnya kabar baik itu datang, bahwa saya terpilih menjadi salah satu penerima Beasiswa KAMAJAYA, perasaan saya sulit digambarkan dengan kata-kata. Rasanya seperti ada pintu besar yang terbuka kembali setelah lama tertutup.

Beasiswa KAMAJAYA benar-benar meringankan hidup saya dan ibu. Saya tidak lagi khawatir dengan biaya kuliah, dan bisa lebih fokus menjalani perkuliahan serta menyelesaikan tugas-tugas akademik. Ibu pun merasa lebih tenang karena tidak harus memikirkan bagaimana mencari uang tambahan untuk pendidikan saya. Sejak menerima beasiswa, saya bisa belajar dengan lebih ikhlas, tanpa terbebani pikiran tentang tunggakan biaya. Hidup kami terasa jauh lebih ringan, dan saya merasa seperti diberi kesempatan kedua untuk melanjutkan perjuangan yang sempat tertunda.

Saya sadar, banyak orang yang telah berjasa dalam perjalanan hidup saya: ibu yang selalu berjuang tanpa mengenal lelah, keluarga besar yang ikut membantu sebisanya, serta para donatur yang dengan tulus memberikan kesempatan melalui Beasiswa KAMAJAYA. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kepercayaan ini. Oleh karena itu, saya memiliki harapan besar agar tidak mengecewakan orang-orang yang sudah memilih dan percaya pada saya. Setelah lulus dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya ingin mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan cukup, sehingga kelak saya juga bisa menjadi bagian dari program beasiswa ini. Saya ingin suatu hari dapat membantu mahasiswa lain yang memiliki masalah ekonomi seperti saya, agar mereka juga bisa menyelesaikan studi dan mewujudkan cita-citanya.

Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal: bahwa janji orang lain tidak selalu bisa dipegang, bahwa perjuangan seorang ibu tidak pernah mengenal batas, dan bahwa kebaikan orang-orang di sekitar kita bisa menjadi alasan untuk terus melangkah. Saya belajar untuk tidak menyerah pada keadaan, karena setiap kesulitan selalu meninggalkan ruang bagi harapan. Bagi saya, Beasiswa KAMAJAYA bukan sekadar bantuan dana, melainkan sebuah kepercayaan yang membuat saya berani bermimpi lagi. Saya yakin, dengan kerja keras, doa, dan dukungan orang-orang terdekat, saya bisa menuntaskan kuliah dan melangkah ke masa depan yang lebih baik.

Yogyakarta, 26 September 2025

Richard Hendrawan
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY Angkatan 2023
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-9

No Comments

Post a Comment

×

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Tanya Beasiswa KAMAJAYA