
Coretan Mahasiswa: Berhenti atau Justru Baru Mulai
Ada masa ketika segalanya terasa berat, bukan karena kita malas, tapi karena kita lelah secara diam-diam. Bangun pagi bukan lagi semangat, tapi kewajiban. Tugas, rapat, skripsi, organisasi, semuanya tumpang tindih sampai kita nggak tahu lagi apa yang sebenarnya kita kejar. Kemudian di tengah itu semua, muncul satu bisikan kecil di kepala, “Apa aku harus berhenti aja?”
Kadang hidup memang nggak lembut. Ia menjatuhkan kita lewat kegagalan, biar kita sadar, nggak semuanya bisa berjalan sesuai rencana. Hari-hari terasa buram, bahkan hal-hal yang dulu bikin bahagia pun nggak lagi berarti apa-apa. Walaupun mencoba tetap produktif, tetap terlihat baik-baik saja, tapi di dalam hati ada rasa kosong yang makin dalam. Sampai akhirnya kita sadar, mungkin ini bukan tentang berhenti dari semua hal, tapi berhenti sejenak untuk kembali mengenali diri sendiri.
Burnout sering datang diam-diam, menyamar sebagai rasa malas atau penghambat fokus. Namun sebenarnya, itu tanda bahwa kita sudah terlalu lama berlari tanpa berhenti. Kita lupa istirahat, lupa merayakan pencapaian kecil, bahkan lupa kenapa kita mulai. Padahal, nggak ada salahnya untuk diam sebentar, menarik napas dan menyusun ulang arah.
Sebagai mahasiswa, kita sering merasa harus selalu kuat, produktif, dan tahu arah. Padahal, kebingungan dan kegagalan adalah bagian paling manusiawi dari proses belajar. Tidak apa-apa jika kamu sempat berhenti sejenak, tapi jangan salah paham, berhenti tidak selalu berarti menyerah. Kadang, itu adalah jeda yang kamu butuhkan untuk kembali menata langkah.
Mungkin kamu gagal di mata kuliah yang kamu kira mudah. Mungkin kamu tidak diterima di organisasi yang kamu impikan. Tapi siapa tahu, itu bukan kegagalan, melainkan undangan untuk mengenal dirimu lebih dalam, untuk menemukan jalan baru yang lebih sesuai dengan siapa kamu sebenarnya.
Jadi sebelum kamu benar-benar menyerah, tanyakan lagi pada dirimu, “Berhenti? Atau justru baru dimulai?”
Image by wal_172619 from Pixabay
No Comments