Kisah Penerima Beasiswa: Di Persimpangan Jalan
Akhir-akhir ini hidupku terasa seperti berada di persimpangan yang penuh lampu, semuanya menyala bersamaan. Memasuki semester 7, ritme kuliah mulai berbeda dimulai dari tanggung jawab semakin besar, tuntutan akademik meningkat, dan waktu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Namun di tengah padatnya aktivitas kampus, aku tetap berusaha untuk menjaga komitmen pada KAMAJAYA Scholarship. Kegiatan KAMAJAYA Scholarship sendiri selalu mengisi hariku dengan dinamika yang menyenangkan, dari rapat bulanan yang penuh ide dan canda, jadwal jaga ruang, serta peranku sebagai koordinator divisi jurnalis yang membuka banyak kesempatan belajar dari cara memimpin, menyampaikan informasi, sampai menjaga ritme kerja tim. Belum lama ini, kami juga sempat mengadakan badminton bersama untuk bonding. Kegiatan sederhana itu justru membuat kami saling mengenal lebih dekat, menambah kehangatan di tengah kesibukan.

Di sisi lain, hidupku juga diwarnai pekerjaan sebagai staff procurement di sebuah perusahaan. Dunia kerja memberi pengalaman yang berbeda yaitu lebih cepat, penuh detail, dan terkadang membuat napas tertahan. Pengalaman pertamaku mengurus impor barang dari China menjadi salah satu tantangan terbesar. Prosesnya ternyata jauh lebih rumit dari yang dibayangkan karena dokumen yang harus tepat, komunikasi lintas negara yang cukup sulit, biaya, hingga birokrasi yang tidak boleh ada sedikit pun kesalahan. Tapi dari situlah aku belajar bagaimana dunia profesional benar-benar bekerja.
Semester ini, aku juga lolos seleksi KKN Tematik. Program ini merupakan program baru yang dirancang fakultas, sehingga banyak hal masih dalam tahap penyesuaian. Aku ditempatkan di sebuah SD di Kota Yogyakarta, dan sejauh ini dinamika kelompoknya cukup menyenangkan. Semua orang mau bekerja sama, saling mengisi, dan terbuka dengan ide-ide baru. Meski beberapa hal masih membingungkan karena sistemnya masih baru, aku merasa proses ini mengajarkanku adaptasi yang sesungguhnya. Di akhir Oktober 2025, aku juga mendapat kesempatan menjadi asisten pengawas ujian. Tugasnya sederhana, tapi tetap membutuhkan fokus dan stamina. Sedihnya, justru pada saat itu aku beberapa kali jatuh sakit. Tubuh memberi sinyal bahwa ritme hidupku mulai berat. Namun di balik kelelahan itu, ada rasa syukur karena setiap kegiatan memberiku pengalaman baru yang tidak ternilai.

Di antara semua aktivitas yang menumpuk, seminar proposal adalah titik puncaknya. Bahkan bisa dibilang inilah gong paling keras yang menandai dimulainya babak akhir sebagai mahasiswa. Menyusun proposal skripsi bukan hanya soal menulis, tetapi juga soal bertahan, bertahan dari stres, tekanan waktu, dan pikiran-pikiran yang sering kali membuat ragu. Ada hari-hari ketika kalimat terasa buntu dan waktu terus berjalan tanpa mau menunggu. Namun justru dari proses inilah aku belajar banyak tentang ketekunan. Saat hari seminar tiba, rasanya campur aduk dari gugup, takut, tapi juga lega karena akhirnya sampai di titik ini. Momen ketika dosen memberikan catatan dan masukan terasa seperti tamparan sekaligus dorongan. Setelah semuanya selesai, ada perasaan lega, dan kini aku tinggal melangkah masuk untuk menyelesaikan perjalanan akhir.
Melihat ke belakang, semua kesibukan ini membentuk warna perjalanan yang penuh warna. Melelahkan, iya. Membingungkan, sering. Tapi juga menguatkan dan memperkaya pengalaman. Meski kadang merasa tertekan, aku tetap bersyukur. Karena dari setiap tantangan, selalu ada bekal yang akan kubawa jauh ke depan.
Yogyakarta, 20 November 2025
Avrilla Putri Indraprasta
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2022
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7
Image by Siobhan Dolezal from Pixabay












No Comments