Penerima Beasiswa KAMAJAYA : JONATHAN IMMANUEL SUWARNO

Jonathan Immanuel Suwarno
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
3 Mei 2003
Samarinda
Fakultas Teknologi Industri, Prodi Informatika, Semester 5 (September 2025)
Jonathan Immanuel Suwarno
Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri
PERJUANGAN DENGAN PENUH HARAPAN
Halo perkenalkan nama saya Jonathan Immanuel Suwarno, dan biasanya dipanggil JOJO. Saya memiliki cita-cita untuk menjadi programmer di industri dan sekaligus menjadi Musisi. Ini mungkin sedikit bersimpangan namun ini adalah passion saya, sehingga saya akan berusaha untuk mencapai titik di mana saya akan sukses dalam cita-cita saya dan ini adalah cerita hidup saya atau bisa dibilang esai profil diri saya.
Saya lahir di Surabaya pada tanggal 3 Mei 2003. Saya memiliki 2 kakak dan 1 adik. Saya dulu pernah tinggal di daerah Sidoarjo namun saya lupa pastinya di mana karena saya waktu itu masih balita. Orang tua saya memutuskan pindah dari Jawa ke Kalimantan Timur karena ada masalah dalam pekerjaan ayah saya. Katanya terkena lumpur Lapindo. Ayah saya memiliki banyak saudara namun karena ayah saya menikah dengan ibu saya dan memutuskan untuk pindah agama ke Kristen, keluarga ayah saya tidak menyukai ayah saya dan beberapa menjadi tidak peduli dengan keluarga kami karena hal tersebut.
Lalu kami memutuskan untuk pindah ke Kalimantan. Ayah saya harus merintis pekerjaan dari awal bersama ibu saya. Ayah saya yang mencari pekerjaan dan ibu saya yang membuat bisnis kecil-kecilan dengan berjualan es lilin. Keluarga kami mengontrak rumah, kami belum memiliki rumah. Di sini saya masih TK dan TK saya di TK Negeri 1 Samarinda lalu saat saya beranjak ke SD saya masuk ke SD Negeri 1 Samarinda. Saat saya kelas 2 sampai 3 SD saya mengikuti les yang diadakan di SD saya dulu lalu pulang sekitar jam 4 sore. Saya selalu pulang menggunakan angkot (angkutan kota) jika ayah saya tidak bisa menjemput saya pulang. Sampai di kenaikan kelas 3 ke 4 SD saya dipindahkan ke SD Katolik 2 W.R. Soepratman Samarinda karena waktu itu lingkungan di SD negeri tidak begitu bagus. Di SD ini pujiTuhan orang tua saya bisa mulai mengkredit mobil untuk kendaraan kami. Saya sudah tidak menggunakan angkot lagi dan diantar jemput oleh ibu saya. Saya membantu ibu saya berjualan es lilin di sekolah dan membuat es lilin di rumah.
Pada suatu saat di Samarinda terdapat banjir besar dan membuat rumah kami terkena banjir juga. Tidak lama setelah itu kami pindah dan mengontrak ke rumah lain yang lebih jauh dari sekolah saya. Saat itu kami sudah tidak memiliki mobil sehingga ayah saya selalu mengantar saya dan saudara saya menggunakan motor. Saat itu kakak saya yang pertama sudah SMA dan kakak saya yang kedua hanya berbeda 3 tahun.
Di SD saya cukup aktif bersosialisasi dengan teman-teman saya. Saya ikut ekskul bola basket dan cukup dekat dengan teman 1 angkatan saya. Kami sekeluarga sangat rajin dalam beribadah dan menomorsatukan Tuhan di atas segalanya. Jadi kami sangat aktif mengikuti acara gereja serta ayah dan ibu saya melayani di gereja dan sering mengikuti dan terlibat dalam beberapa acara. Saat saya kelas 6 SD saya juga ikut melayani di gereja sebagai pemusik karena saya suka musik. Namun saya tidak bisa bermain musik, jadi saya belajar untuk bermain bass saat kelas 6 SD di gereja.
Setelah lulus SD (barengan dengan kakak saya lulus SMP) sehingga biaya untuk sekolah kami cukup besar. Yang saya ketahui orangtua saya masih mampu untuk membayar uang masuk meskipun sedikit terlambat karena keterbatasan biaya. Saya masuk ke SMP Katolik 1 W.R. Soepratman karena satu Yayasan jadi kami mendapatkan potongan harga masuk sedikit. Di SMP kelas 7 saya mulai aktif untuk berkenalan dengan teman-teman SMP karena saya berpikir jika tidak dimulai dari saya maka saya tidak punya teman, lalu dari situ saya memiliki beberapa teman pertama saya di SMP dan kami pun memiliki hobi yang sama yaitu bola basket, jadi saya ikut Latihan basket di sekolah saya bersama teman saya.
Di SMP saya juga masih membantu ibu saya berjualan es lilin di SMP dengan menitipkan di kantin lalu saat pulang saya membawa balik termos es lilinnya. Karena saya mengikuti pelatihan basket di sekolah saya, jadi pulang selalu jam 7-an itu pun kalau dijemput dengan cepat. Jika tidak maka saya dijemput bisa sekitar jam 9, saya sepulang sekolah hanya pergi ke tempat teman saya sebentar untuk menunggu jam Latihan dimulai sekitar jam 3.30 (saya pulang sekolah jam 12.00). Pada saat kelas 2 SMP saya juga aktif dalam pelayanan di gereja dalam bermusik. Saya aktif menjadi pemusik di gereja di bagian anak anak. Saya juga mulai mengikuti beberapa lomba basket di SMP saya dan masuk ke dalam tim kedua sekolah. Saat itu saya belum meraih prestasi untuk juara di lomba-lomba namun tim saya selalu juara.
Pada saat kelas 2 SMP juga merupakan titik terendah dari keluarga saya. Â Ayah saya jatuh sakit selama 1 minggu karena demam berdarah dan saya harus ikut merawat ayah saya di rumah sakit hingga tidak masuk sekolah selama 1 minggu. Di akhir minggu itu ayah saya meninggal dunia. Saat itu kami benar-benar syok, kaget, sedih atas meninggalnya ayah saya, apalagi ibu saya yang bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga yang memiliki bisnis kecil harus menghadapi situasi tersebut. Pada saat meninggalnya ayah, banyak orang gereja ada pada malam itu untuk membantu proses rumah sakitnya. Saya hanya bisa terdiam menangis dan ditenangkan oleh teman-teman gereja saya. Setelah prosesi penguburan dan lain-lain, kami sekeluarga hanya bisa berdoa dan berserah pada Tuhan saja. Di sini saya juga baru mengetahui bahwa orangtua saya memiliki banyak hutang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, padahal saat itu hanya ibu saya yang bisa bekerja. Selepas dari itu saya kembali bersekolah dan menjalani aktivitas seperti biasanya. Saya juga makin aktif mengikuti lomba basket dan berlatih basket dan musik. Â disini saya merasa memiliki passion di bidang basket dan musik lalu saya terus berlatih terus dan mengikuti lomba. Di kelas 3 SMP saya masuk ke tim utama basket dan diangkat menjadi kapten di tim basket SMP saya. Di saat SMP saya memiliki banyak kendala dalam pembayaran SPP dan uang sekolah karena situasi keluarga saya yang belum mampu untuk membayar. Saya menunggak pembayaran hingga lulus dan bisa dilunasi saat sudah lulus SMP.
Saat Lulus SMP saya berhasil masuk ke SMA Negeri 5 Samarinda, di sini saya cukup bahagia karena saya tidak perlu memikirkan biaya SPP lagi. Hal ini cukup meringankan ibu saya dalam pembayaran. Saat saya masuk SMA, kakak saya yang ke-2 memutuskan untuk menunda kuliah dan memilih bekerja dulu untuk menabung uang kuliahnya serta membantu adik-adiknya sekolah. Saya masuk SMA memakai sertifikat basket, hal ini cukup membantu saya agar bisa masuk ke SMA Negeri yang baik. Setelah masuk SMA saya aktif di bidang akademik maupun non-akademik. Saya sangat aktif dalam bidang basket. Saya mengikuti lomba dan berhasil meraih juara di beberapa perlombaan tingkat SMA.
Saat kelas 2 SMA saya memutuskan untuk mencoba dunia entertainment musik, saya diajak teman saya untuk mengambil kerjaan bermusik di suatu acara. Saya merasa cukup memilki passion di bidang musik. Semasa SMA mengikuti basket dan bekerja di café-cafe menjadi pengisi musiknya bersama teman-teman saya. Saya bahagia karena uang dari job ini bisa membantu saya untuk hidup mandiri. Di saat yang sama, kakak saya pindah ke luar kota dan bekerja di sana sedangkan ibu saya bekerja di hutan, mengikuti sebuah perusahaan dan mengelola kantinnya. Selain aktif dalam musik, saya juga masih melayani di gereja dan saya mengikuti banyak lomba musik bersama teman-teman saya. Saya sering meraih juara dalam berbagai lomba/festival musik dan meraih best bassist. Pada saat kelas 3 SMA, saya terkena dampak pandemi COVID-19. Dengan adanya pandemi, semua café mengalami penurunan jumlah pengunjung dan membuat saya kehilangan beberapa job. Saya tidak memiliki penghasilan sehingga membuat saya kesulitan dalam menjalani kehidupan. Saya hanya bergantung dari penghasilan ibu saya.
Setelah lulus SMA, saya memutuskan untuk kuliah di UKDW namun hanya bertahan hingga 1.5 semester karena terkendala biaya dan mengharuskan saya untuk mengundurkan diri. Namun karena pandemi COVID-19 masih berlangsung, maka semua perkuliahan dilaksanakan secara online sehingga saya tidak perlu ke Yogyakarta sama sekali. Semasa saya tidak kuliah, saya hanya membantu mencari uang untuk biaya saya dengan job bermusik dan bekerja di sebuah toko komputer sebagai admin tokok Di sini saya bekerja selama 1 tahun dan menabung untuk biaya kuliah. Saya berencana untuk melanjutkan kuliah lagi pada tahun 2022. Ibu saya menikah lagi dengan orang sekampungnya. Namun keadaan kami bukan membaik karena ayah tiri saya sangat keras kepada ibu saya sehingga saya harus membantu pekerjaan ibu saya sebagai penjaga kantin.
Di tahun 2022 kakak saya juga mengalami kendala dalam pekerjaannya sehingga saya juga harus membantu menyelesaikan hutang kakak saya dengan tabungan dari hasil kerja saya sehingga saya gagal untuk melanjutkan kuliah di tahun 2022. Hingga tahun 2023 setelah semua permasalahan sudah kelar, saya tetap bekerja dan menabung untuk kuliah saya. Puji Tuhan saya diberi kesempatan untuk berkuliah di UAJY. Saya berkuliah dibiayai oleh ayah saya karena ibu saya sudah berumur dan tidak bisa untuk bekerja lebih lanjut. Keadaan tidak cukup baik karena adanya kendala saat pembayaran SPP setiap semesternya yang mengharuskan saya untuk selalu meminta dispensasi pembayaran kuliah saya.
Semasa kuliah saya cukup aktif dalam kegiatan organisasi Senat Mahasiswa dan terlibat dalam berbagai keanggotaan panitia acara-acara kampus. Di semester 1 saya cukup menikmati kuliah namun saya lemah di bidang matematika. Jadi beberapa nilai saya tidak baik di bidang itu. Saya tetap berusaha belajar agar mendapatkan nilai bagus. Saya juga sambil bekerja di bidang musik seperti mengisi acara musik di cafe dan mencari relasi di komunitas di Yogyakarta. Semester 2 saya cukup terkendala karena saya tidak punya pengetahuan dasar dalam bidang pemrograman sehingga nilai saya tidak baik. Di semester 3 saya menjadi asisten dosen dan aktif di organisasi secara bersamaan. Namun karena di semester 3 Prodi Informatika UAJY sangatlah berat bagi saya untuk mengikutinya dengan banyaknya praktikum sehingga IP saya turun. Semester ini membuat saya hampir putus asa, namun puji Tuhan saya memiliki teman yang sangat mendukung saya dalam perkuliahan sehingga saya memiliki semangat lagi dalam menjalani kuliah ini. Saya berhasil bertahan di semester 3 dengan segala kesulitannya. Saya juga mendapatkan pekerjaan tetap yang hasilnya dapat membiayai hidup saya.
Saya merantau ke Yogyakarta dengan adik dan kakak saya sehingga ayah saya perlu membiayai 3 orang. Beban ini cukup berat untuk ditanggung ayah sehingga saya tidak memiliki uang bulanan. Uang yang saya dapatkan Sebagian besar berasal dari hasil pekerjaan saya. Dari ayah saya jika ayah saya ada uangnya baru dikirim. Selama di Yogyakarta kami mengontrak rumah agar tidak mengeluarkan banyak biaya untuk kos. Saya tidak mau membebani orang tua saya sehingga saya berkuliah sambil bekerja untuk membiayai hidup saya.














No Comments