Opini: Optimisme dan Pesimisme
Optimis dan pesimis, kedua kata ini sering kita dengar pada kehidupan sehari-hari. Kata ini kita gunakan untuk membedakan kecenderungan orang dalam berpikir, apakah lebih memikirkan kemungkinan baik atau buruk. Sering kali kita diminta untuk berpikir optimis atau berhenti berpikir pesimis. Namun, apakah optimisme selalu baik dan pesimisme selalu buruk?
Orang yang optimis cenderung memiliki harapan baik dan mengharapkan hasil yang menyenangkan pada segala hal. Orang yang optimis biasanya mempunyai motivasi yang tinggi, yang mendukung mereka untuk bisa berhasil. Namun jika hanya memikirkan keberhasilan, kita jadi melupakan hambatan dan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Sehingga saat kita bertemu dengan kemungkinan tersebut, kita tidak siap dan bingung bagaimana menghadapinya. Terlalu optimis malah membuat kita menjadi naif.
Sebaliknya, orang yang pesimis cenderung memikirkan kemungkinan terburuk dari segala hal. Jika hanya fokus akan kegagalan, akan muncul rasa enggan untuk mencoba. Kita tidak bisa berhasil jika tidak pernah berpikir untuk berhasil. Terlalu pesimis membuat kita memilih untuk mundur bahkan sebelum mencoba. Namun, pesimisme tidak selalu buruk. Orang yang pesimis biasanya akan menemukan halangan-halangan yang terlewat oleh orang biasa. Dengan memanfaatkan hal ini, kita bisa lebih bersiap menghadapi halangan tersebut sehingga persentase untuk berhasil menjadi lebih tinggi. Pesimisme pun sebenarnya mempunyai keuntungannya sendiri jika kita bisa memanfaatkannya.
Menjadi optimis memang hal yang baik, tetapi kita juga perlu menjadi realistis dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Optimisme dan pesimisme identik dengan ekspektasi. Realita tidak akan selalu sesuai dengan ekspektasi, bisa lebih buruk atau bahkan lebih baik. Maka dari itu sebaiknya kita melakukan yang terbaik, tanpa berekspetasi tinggi maupun berputus asa. Kita bisa menggunakan pemikiran optimis untuk memotivasi diri dan pemikiran pesimis untuk lebih siaga.
Opimisme dan pesimisme merupakan kecenderungan kita dalam berpikir terhadap suatu hal. Semua orang memiliki cara pikirnya sendiri, ada yang cenderung optimis dan ada juga yang pesimis. Opimisme dan pesimisme masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Terlalu optimis bisa membuat kita naif, dan terlalu pesimis membuat kita cepat putus asa. Ada baiknya jika kita bisa menggunakan opimisme dan pesimisme dan mengambil keuntungannya saja. Dengan menyeimbangkan optimisme dan pesimisme, kita bisa mendapat motivasi untuk berhasil dengan tetap siaga akan halangan dan kemungkinan buruk yang bisa terjadi nanti.
Yogyakarta, 26 Mei 2022
Gde Rama Vedanta Yudhistira
Mahasiswa Program Studi Informatika UAJY Angkatan 2020
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-5
Image by Gerd Altmann from Pixabay
No Comments