Opini: Mengolah Hati Mewujudkan Cinta Kasih
Tuhan Yesus datang untuk menggenapi, melengkapi, dan menjadikan kita utuh lengkap. Kita sebagai umatnya dapat menggenapi, melengkapi sebagai murid Tuhan dengan hadir di tengah keluarga, hadir di tengah masyarakat, hadir di tengah lingkungan. Kehadiran kita keberadaan kita memiliki fungsi untuk menambahi apa yang baik supaya menjadi semakin baik dan semakin baik lagi.
Terkadang kita berpikir, bagaimana kehadiranku di tengah keluarga, di tengah masyarakat, di tengah lingkungan, barangkali di tengah komunitas di Paroki ataupun di kelompok-kelompok mana pun. Apakah kehadiran kita di tengah masyarakat misalnya mampu menambah semangat atau justru sebaliknya membuat semakin lesu? Kita semestinya memiliki tugas untuk semakin menyemangati yang lain, barangkali yang awalnya kurang rukun supaya semakin rukun dan saling mengasihi. Itulah tugas perutusan kita umat Tuhan untuk menjadikan apa yang baik menjadi semakin baik, apa yang tidak baik menjadi baik.
Harapan untuk semakin baik, itulah tugas kita dalam menggenapi, melengkapi, dan menambahi untuk menjadi utuh. Sepuluh Perintah Allah, 1 sampai 3 menyangkut hubungan dengan Allah, 4 sampai 10 menyangkut hubungan dengan sesama. Sepuluh Perintah Allah merupakan hukum cinta kasih yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Terkadang kita sebagai umat, terjebak dalam melaksanakan hukum kasih tersebut yang di mana kita melaksanakan hukum hanya segi luarnya saja agar terlihat oleh orang lain dan memicu akan munculnya semangat munafik dan pencitraan minimalis yang belum masuk pada roh jiwa semangat dari hukum kasih.
Hukum cinta kasih yang semestinya yaitu kasih pada Allah dan kepada sesama yang utama dan pertama. Cinta kasih ini menyangkut soal hati dan batin seseorang. Hal pertama yang Tuhan Yesus lakukan ialah mengajak kita agar hukum cinta kasih mestinya ada di dalam hati kita yang kemudian meluap keluar untuk mewujudkan pelaksanaan hukum cinta kasih. Mewujudkan pelaksanaan hukum cinta kasih sejatinya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih penting bukan sekedar tidak melakukan supaya tidak melanggar.
Hukum semangat jiwa cinta kasih yang semestinya menjadi semangat dalam pelaksanaan hukum maka yang paling penting menurut Tuhan Yesus adalah bagaimana mengolah hati yang mengasihi yang akan meluap dan kemudian mewujudkan untuk mengungkap dalam tindakan nyata. Apabila hati kita dipenuhi kebencian, dendam, tidak mau mengampuni maka itu membuat kita akan meluap dalam tindakan-tindakan misalnya seperti bekata kasar, memfitnah, bahkan merendahkan yang kita benci. Namun, apabila hati kita diliputi oleh kasih maka akan meluap dalam perbuatan dan sikap yang baik dan semakin mengasihi sesama semestinya.
Penting bagi kita untuk mengolah hati kita masing-masing dalam melaksanakan hukum cinta kasih. Bagaimana mengolah hati kita agar terwujudnya tindakan-tindakan nyata sebagai ungkapan kasih yaitu dengan berbicara dengan Tuhan, berderma, berpuasa, dan hal-hal lain yang mampu mendukung kita untuk mewujudkan tindakan nyata ungkapan kasih. Memperlihatkan hal-hal seperti berdoa maupun berpuasa di hadapan orang lain supaya mendapat pujian itu merupakan suatu kemunafikan dan hanya pencitraan yang jauh dari seberapa bermaknanya berdoa dan puasa yang semestinya.
Hati merupakan hal yang tidak dilihat, tidak diketahui oleh orang lain dan merupakan hal yang tersembunyi. Hal yang tersembunyi ini, justru Allah yang mampu melihat yang tersembunyi dan memperhatikan terutama soal batiniah hati. Doa dan puasa merupakan hal yang juga mendukung terwujudnya tindakan nyata sebagai ungkapan kasih. Tindakan ini dilakukan karena kita memang ingin mengasihi Allah bukan karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain.
Mengasihi Allah adalah luapan hati yang penting dalam pelaksanaan hukum hati yang mengasihi Allah. Seperti bagaimana kita menghayati keagamaan kita, terkadang kita melakukan hal-hal baik belum tentu didasari oleh motivasi hati yang baik. Misalnya ada orang yang sakit lalu ditolong, bisa jadi ada 2 kemungkinan yang terjadi yaitu yang menolong karena memang ingin dilihat orang lain dan mendapat pujian seperti ”Wah orang itu baik sekali”, ”Wah, hebat sekali orang itu mau menolong” ataupun bisa jadi karena dipaksa untuk menolong. Tetapi, ada juga orang yang ingin menolong karena timbul dari hati yang mengalir untuk mengasihi dan berbelas kasih maka dapat kita lihat bahwa perbuatan yang sama-sama baik dan tampaknya terlihat baik itu bisa jadi berbeda-beda motivasinya dan berbeda pula hatinya.
Pengolahan hati yang terpenting menurut Tuhan Yesus adalah dalam mengaitkan keagamaan yang di mana kita bisa melihatnya misalnya sama-sama mengikuti kegiatan ibadah di Gereja yang itu merupakan kegiatan baik. Mengikuti kegiatan Gereja yang dilakukan, bisa memiliki motivasi yang berbeda-beda. Janganlah kita hanya memenuhi kewajiban untuk datang duduk diam saja sambil mengantuk-ngantuk dan melamun membayangkan ”Makan apa ya hari ini?” atau ”Setelah ini main ke mana ya”. Sebaliknya dari hal itu, kita seharusnya berpikir ”Aku ingin mengasihi, berbakti kepada Allah maka aku datang ke Gereja dengan sungguh-sungguh mengikuti perayaan dengan sepenuh hati dan menjawab Amin ketika menjawab pertanyaan”.
Soal hati kita masing-masing yang tahu adalah kita, tapi kita juga punya tugas untuk mengolah bagian hati ini. Marilah kita olah bagian hati kita. Semua hal yang berakar dari hati yang marah, hati yang membenci, hati yang dendam maka akan meluap pada tindakan-tindakan tidak terpuji bahkan dapat mencelakakan orang lain. Namun, jika bagian hati kita olah untuk menjadi hati yang mengasihi maka kita tidak akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
Mengolah hati merupakan hal yang penting dalam menghayati hidup keagamaan supaya hidup keagamaan kita tidak jatuh dalam kemunafikan, pencitraan minimalis, kesombongan. Olah bagian hati tidak hanya pada bagian tampak luar, melainkan juga pada bagian dalamnya. Hati yang mengasihi Allah, mengasihi sesama kemudian akan mengalir meluap dan mewujudkan ungkapan hidup sehari-hari dalam memenuhi penghayatan akan cinta kasih yang memenuhi hati kita dan kita wujudkan dalam ungkapan, tindakan, kata-kata, sikap, dan hidup kita.
Marilah kita mencoba untuk memampukan diri terlebih dalam mengolah hati batiniah agar dipenuhi oleh cinta kasih agar terwujud nyata dalam sikap, tindakan, dan hidup yang baik.
Yogyakarta, 23 Februari 2023
Yosefine Lestari
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UAJY Angkatan 2021
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-6
Image by Gerd Altmann from Pixabay
No Comments