Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Maria Pipit Nisya Setia Ningsih
Maria Pipit Nisya Setia Ningsih
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
4 Oktober 2002
Yogyakarta
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Prodi Akuntansi semester 4 (Juni 2023)
Maria Pipit Nisya Setia Ningsih
Mahasiswi Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY Prodi Akuntansi
Give Thanks
Maria Pipit Nisya Setia Ningsih adalah nama pemberian orang tuaku sedari kecil. Aku biasa dipanggil Pipit. Saat ini, aku sedang menjalankan studi di Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta Program Studi Akuntansi dan akan memasuki semester 4. Aku lahir di Kulon Progo pada 4 Oktober 2002. Banyak hal yang sudah aku lalui, sampai pada akhirnya aku berada di titik saat ini. Menerima Beasiswa KAMAJAYA adalah salah satu goals yang telah Tuhan kabulkan di dalam kehidupanku. I think that its my early birthday gift from God.
Aku adalah tipikal orang yang selalu mendahulukan kebahagiaan orang lain seperti sepenggal lirik lagu dari tulus “selamaku lihat engkau senang, yang lainnya kusimpan sendiri”. Kadang-kadang, aku lupa bahwa aku harus memberikan reward pada diriku sendiri. Tetapi, aku juga bersyukur bahwa ternyata keberadaanku di dunia ini dapat memberikan makna di hidup orang lain. Meskipun kedua orang tuaku tidak bersama, karena mereka memutuskan untuk bercerai sejak aku ada di bangku sekolah dasar, namun aku selalu teringat bahwa “broken home is not broken child”.
Hubunganku dengan ayahku sangat baik sejak tahun 2017 lalu. Namun, hubunganku dengan ibuku kurang baik karena ibuku sudah memilih untuk memiliki keluarga baru namun tidak meminta izin kepadaku sehingga aku merasa tidak nyaman akan hal itu. Hubungan ayah dan ibuku juga tidak baik, karena mereka masih mementingkan ego masing-masing-masing. Aku merasa bahwa saat ini ibuku hanya mementingkan kebahagiaannya dan tidak mementingkanku. Namun, di samping itu aku bersyukur bahwa aku masih memiliki nenek yang selalu ada buat aku.
Ayahku dan ibuku masih mengirimkan uang saku untukku walau nominalnya tidak besar, tetapi terbilang cukup apabila untuk kehidupanku selama satu bulan di kos. Karena aku dalam satu minggu masih ada waktu untuk pulang ke rumah sehingga hal tersebut yang membuatku bisa menjadi lebih hemat. Ayahku sudah tidak lagi bekerja di AQUA namun bekerja di distributor minyak daerah Magelang. Aku tahu bahwa pekerjaan ayahku sangat melelahkan karena harus mengantarkan minyak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan jarak yang cukup jauh. Ibuku masih bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan di Jakarta. Namun dengan gaji yang tidak seberapa dan harus memenuhi kehidupannya di Ibu Kota membuat ibuku terkadang kewalahan. Akan tetapi, aku selalu berusaha untuk hemat supaya meringankan beban kedua orang tuaku yang sudah memiliki keluarga masing-masing dan harus memenuhi kehidupan keluarga mereka.
Aku juga tergabung di Senat Mahasiswa (SEMA) FBE UAJY, yang aku rasa jika dilaksanakan secara online aku masih bisa membagi waktu dengan baik. Namun, karena saat ini sudah ada beberapa program kerja yang dilaksanakan secara offline maka aku pun harus bisa pandai dalam membagi waktu. Meskipun untuk kegiatan yang tidak terlalu penting, seperti nongkrong ataupun hal lainnya yang tidak ada kaitannya dengan program kerja aku tidak sering ikut, namun aku masih merasa bahwa aku masih belum pandai dalam mengatur waktuku, apalagi perkuliahan sudah dilaksanakan secara hybrid. Ke depannya, aku harus memiliki skala prioritas yang lebih matang lagi.
Semenjak aku duduk di bangku sekolah dasar, aku sudah tinggal bersama dengan mbah kakung, mbah uti, serta kedua tanteku. Hingga saat ini pun, aku masih tinggal bersama dengan mereka. Meskipun dapat dikatakan sebagai “strict parent”, tetapi aku bersyukur akan didikan yang ditanamkan beliau kepadaku. Sering aku membayangkan apabila aku tidak dididik dengan pola didikan yang beliau terapkan, mungkin aku tidak menjadi seorang Pipit yang sekarang ini. Mungkin, aku sudah menjadi the real broken child yang tak jarang aku temui di lingkungan sekitarku sendiri.
Selama hampir 20 tahun aku ada di dunia ini, aku benar-benar merasakan bahwa hidup ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk kita berbagi, kesempatan untuk kita dapat membahagiakan orang lain dan berbagai kesempatan lainnya yang hari demi hari aku rasakan. Kuasa Tuhan benar-benar nyata di dalam kehidupan ini, meskipun saat ini aku menyadari bahwa aku jauh dari Tuhan, aku jarang mendengarkan firman-Nya, aku jarang saat teduh serta memuji dan memuliakan nama-Nya (worship), tetapi Tuhan masih beracara di dalam kehidupanku. It’s simple thing but sometimes hard to do.
Alasan mengapa saya mendaftar Beasiswa KAMAJAYA yang utama adalah untuk mengurangi beban kedua orang tua dalam hal perekonomian. Dengan kondisi perekonomian kedua orang tuaku yang yang sederhana, maka dengan tekad yang bulat aku mendaftar Beasiswa KAMAJAYA ini. Menjadi bagian dari keluarga besar KAMAJAYA Scholarship adalah suatu anugerah yang aku syukuri di dalam kehidupan ini. Ini adalah salah satu mimpiku yang terwujud. Besar harapanku untuk bisa menjadi suatu kebanggaan pula bagi kedua orang tuaku bahwa anaknya bisa kuliah di universitas swasta yang bermutu tinggi dan mendapatkan beasiswa. Di samping itu adalah pembuktian kepada orang lain bahwa untuk mencapai bangku perkuliahan perlu biaya yang tidak sedikit, tetapi dengan mencari serta mendapatkan beasiswa maka akan mendorong semangat bagi mereka yang masih merasa minder dengan kondisi keuangannya.
Mimpi itu gratis, siapa pun orangnya, bagaimanapun latar belakangnya boleh bermimpi setinggi-tingginya. Aku pribadi memiliki tujuan, bahwa studiku di strata satu ini akan kutempuh dalam waktu 3,5 tahun dan maksimal 4 tahun. Mengingat bahwa biayanya yang tidak sedikit, maka aku harus menyelesaikan studiku tepat waktu. Selain itu, aku bermimpi untuk dapat bekerja di Kementerian Keuangan, entah itu awalnya menjadi staf ataupun di bagian/divisi lainnya. Selain itu, aku juga bermimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan S2 sambil bekerja. Aku memiliki mimpi untuk bisa membangun sebuah usaha bagi kedua orang tuaku. Untuk ayahku, akan kuberikan sebuah usaha air minum (refill). Kemudian untuk ibuku, aku memiliki mimpi untuk memberikannya sebuah warung kelontong, mengingat perjuangan ibuku sebelum bekerja di Jakarta, beliau sempat berjualan sembako di pasar.
No Comments