Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Benedicta Marisa Vitaria
Benedicta Marisa Vitaria
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
16 Juni 2001
Tulungagung
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi semester 7 (Januari 2024)
Benedicta Marisa Vitaria
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UAJY Prodi Ilmu Politik
Cerita Kehidupan
Hai, perkenalkan namaku Benedicta Marisa Vitaria biasa dipanggil Icha. Saat ini, aku sedang menempuh pendidikan pada Semester 6 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Aku lahir dan besar di Kabupaten Tulungagung yang terletak di Jawa Timur. Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Aku memiliki kakak laki-laki.
Aku dulu hidup di keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. Ayahku dulu bekerja sebagai karyawan swasta di Perusahaan Rokok Djarum, dan ibuku memiliki usaha salon, lalu berubah menjadi usaha kuliner. Kakak laki-lakiku sudah menikah dan dulu ia sempat bekerja di Perusahaan Orang Tua Group. Terakhir, kakakku bekerja sebagai Customer Service di Bank BRI. Kehidupan ekonomi keluargaku berkecukupan sampai akhirnya pandemi COVID-19 melanda.
Pada tahun 2020, ayahku resmi pensiun dan kakak laki-lakiku di-PHK oleh BRI. Sampai akhirnya ayahku menggunakan uang pensiun tersebut untuk membangun usaha kafe (coffeshop) yang dibantu oleh kakakku dan teman-temannya. Tempat café yang digunakan adalah usaha kuliner yang dulu mamaku tempati. Di samping itu, mamaku juga berjualan di sebuah foodcourt dengan dibantu karyawan, tetapi pada saat pandemi COVID-19 tersebut penghasilannya masih minus. Aku juga membantu mamaku dan karyawan untuk usaha kuliner karena pada awal masuk kuliah tersebut masih dalam masa pandemi COVID-19 sehingga diberlakukan pelaksanaan kuliah secara daring. Aku pun belum datang ke kota Yogyakarta.
Dagangan Mama dulu beraneka ragam makanan dan minuman yang berganti-ganti. Awalnya Sop Batok, Nasi Pecel, lalu STMJ, minuman susu beraneka rasa (misalnya redvelvet, taro). Terakhir yang konsisten dijual saat ini adalah Lontong Balap dan Tahu Campur Surabaya. Lalu tibalah saat di mana café sudah siap dibuka tahun 2021 awal dan memperkerjakan karyawan dan kakakku juga turut ambil bagian. Pada awal pembukaan café, dua minggu pertama masih ramai lalu angka penularan COVID-19 kembali tinggi lagi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali diberlakukan yang membuat omzet café turun drastis. Pemasukan pun hampir tidak ada. Usaha kuliner mama yang di foodcourt itu juga sepi pelanggan. Paling sehari hanya 3-8 pelanggan dan terkadang sama sekali tidak ada pelanggan. Ayahku juga hanya berpegang pada uang pesangon pensiun dan tabungan untuk dapat membayar karyawan dan membeli modal kebutuhan kuliner dan café tersebut. Ditambah lagi orang tuaku harus membayar uang SPP kuliahku.
Di bulan April 2021, ayahku memutuskan untuk tidak memperkerjakan karyawan café lagi karena sudah tidak sanggup untuk membayar gaji karyawan café. Omzet yang sepi tetapi pengeluaran tetap banyak. Jadi, café tersebut sementara ditangani oleh kakakku dan orang tua dan dibantu olehku. Mamaku akhirnya juga menutup usaha kulinernya yang di foodcourt. Usaha café orang tuaku juga menurun, bahkan sering tidak ada pelanggan sama sekali. Jadi, usaha kuliner mamaku akhirnya dipindah gerobaknya di depan café kami. Harapan kami, jika ada pelanggan yang datang, mereka dapat makan kuliner mamaku di café. Terkadang kalau ada pelanggan yang jajan makanan ringan atau minuman café, pelanggan bisa langsung dilayani olehku, kakakku, atau ayahku.
Setelah dua bulan berjalan, dirasa omzet usaha kuliner dan café tetap sepi dan biaya yang dikeluarkan juga tidak berkurang (malahan bertambah), Mama, Ayah, dan aku mencoba berjualan bubur di pagi hari mulai pukul 05.30 WIB sampai pukul 08.00 atau 09.00 WIB. Kami dibantu oleh dua karyawan usaha kuliner Mama. Penjualan bubur ini dimaksudkan untuk menambah pemasukan agar pemasukan tersebut dapat diputar untuk modal usaha kami selanjutnya.
Selama akhir tahun 2021, aku masih sanggup setiap pagi-malam membantu usaha kuliner keluarga dan dibantu dua karyawan kepercayaan Mama sambil kuliah daring. Di samping itu, aku terkadang membantu kegiatan OMK untuk latihan koor dan aku sebagai pengiring/organis. Kadang kala, aku juga diminta untuk mengiringi upacara pernikahan di gereja. Masuk ke awal tahun 2022, kampus UAJY sudah memulai kebijakan pembelajaran hybrid dan mengharuskan aku untuk ke Yogyakarta.
Januari 2022 di Semester 4, aku mulai ke Yogyakarta untuk kuliah. Yang pasti biaya hidup semakin membesar dibandingkan dengan sebelumnya. Satu bulan setelahnya, Ayah menjual mobil untuk dapat membiayai kehidupanku di Yogyakarta (biaya kos dan biaya hidup bulanan). Lalu memasuki Semester 5 di bulan Agustus 2022, keluargaku meminjam uang Rp50.000.000,00 untuk tambahan modal usaha kuliner dan biaya kuliah serta biaya hidupku selama di Yogyakarta. Lalu akhir tahun 2022 kemarin, ayahku bilang bahwa usaha kuliner semakin sepi dan terpaksa melepas dua karyawan kepercayaan Mama karena tidak sanggup untuk membayar gaji mereka.
Ayahku juga membicarakan tentang perkuliahanku, bahwa dengan berat hati Ayah mengatakan tidak sanggup lagi untuk melanjutkan pembiayaan kuliahku dan memintaku untuk cuti di Semester 6. Tapi, aku saat itu memaksa untuk tetap melanjutkan karena aku merasa sangat “nanggung” untuk cuti di Semester 6 dan aku pada saat itu punya rencana kegiatan apa yang harus aku lakukan ketika mengambil cuti kuliah. Pada akhirnya, aku bernegosiasi dengan ayahku dan menjelaskan bahwa aku tidak mau mengambil cuti kuliah di Semester 6 dan menjelaskan bahwa aku tinggal menyelesaikan KKN, Magang, dan 1 mata kuliah di semester depan. Aku akan mengupayakan untuk kerja sambilan (part time) untuk biaya hidupku di Yogyakarta.
Akhirnya, ayahku setuju untuk tetap melanjutkan kuliah di Semester 6 dan aku mencoba melamar kerja di ACC (Astra Credit Companies). Pada Januari 2023, aku mengikuti interview dan pertengahan Februari 2023 aku sudah mulai bekerja sebagai mitra di ACC bagian DELTA (Penagihan). Aku bekerja di saat tidak ada jadwal kuliah yaitu di hari Senin, Jumat, Sabtu. Jadwal kerja tersebut bisa dibilang tidak pasti karena waktu booking jadwal (slot) tersebut harus berebut dengan karyawan lain dan menunggu persetujuan (acc) dari admin. Terkadang, aku hanya dapat 6-10 slot. Paling kecil kemarin hanya mendapat 1 slot dalam 1 minggu. Satu slot= Rp35.000,00 pada jam 7.30-11.30 WIB dan slot 2 jam 13.00- 17.00 WIB. Meskipun sedikit, tetapi lumayan untuk menambah biaya hidup karena ayahku sudah mengurangi biaya hidup bulanan sebesar Rp1.000.000,00/bulan. Sejauh ini, aku bersyukur karena masih bisa kuliah meskipun harus berusaha mengurangi pengeluaran (sangat berhemat) agar cukup untuk biaya kehidupanku selama di Yogyakarta.
Aku berusaha untuk mencari beasiswa dan Puji Tuhan aku masih bisa diberi kesempatan mendaftar Beasiswa KAMAJAYA. Aku berharap beasiswa ini dapat tepat sasaran, diterima oleh mahasiswa/mahasiswi yang sangat benar-benar membutuhkan dan terancam putus kuliah karena keterbatasan ekonomi. Rencanaku ke depan untuk diriku adalah aku harus cepat menyelesaikan perkuliahan sambil bekerja part time agar dapat membiayai kehidupanku selama di Yogyakarta dan tidak memberatkan orang tuaku khususnya dalam biaya kuliah. Setelah lulus, aku memiliki usaha dan tekad untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang tetap/lebih tinggi yang nantinya dapat membantu perekonomian keluarga atau membantu mencicil hutang keluarga sebagai balas budi. Orang tuaku berharap besar pada masa depanku, makanya aku bertekad untuk sukses dan tidak membebani keluarga. Aku akan berusaha memanfaatkan relasi yang berpeluang mengembangkan diri dari segi apapun demi kehidupan yang lebih baik. Aku juga mau membantu sesama seperti anak-anak yang terancam putus kuliah karena masalah ekonomi. Aku akan berusaha menyisihkan uang sebagai donatur KAMAJAYA Scholarship.
No Comments