Lentera Atma: Bingkisan Hari Raya
Masyarakat Indonesia memiliki beragam tradisi untuk menyambut hari raya. Salah satunya adalah saling mengirimkan bingkisan pada sanak saudara, kerabat, dan teman-teman. Tradisi mengirimkan bingkisan atau sering juga disebut hampers atau parcel sekarang ini, ternyata bisa dirunut jauh hingga masa Jawa Kuno melalui istilah “ater-ater”. Pada masa Jawa Kuno, ada istilah “ater-ater”. Istilah “ater” telah dikenal sejak abad ke-9, terbukti oleh penyebutannya dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.
Istilah “ater-ater” ini sering kali dikombinasikan dengan kata “panganan”, sehingga menjadi “ater-ater panganan”. Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnya pada waktu tertentu. “Ater-ater panganan” ini telah lama dilakukan di lingkungan masyarakat Jawa lintas generasi dan akhirnya menjadi sebuah tradisi.
Tradisi “ater-ater panganan” ini terus dipraktikkan masyarakat hingga masa kini. Pada awalnya, masyarakat Indonesia biasanya mengirimkan makanan-makanan yang sudah masak dan siap makan pada sanak saudara serta kerabat. Namun, perlahan-lahan mulai bergeser dengan mengirimkan makanan kemasan. Seperti yang sering ditemukan sekarang ini, parsel dan hampers yang terdiri dari kemasan kue kering, biskuit, camilan, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena masyarakat sekarang ingin mengirimkan bingkisan dengan cara yang lebih praktis dan tahan lebih lama.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengirimkan bingkisan kepada orang-orang yang kita kasihi sebagai bentuk perhatian, cinta, dan ungkapan kebahagiaan? Bagi yang masih berstatus mahasiswa yang belum mempunyai penghasilan sendiri, bingkisan juga dapat berupa ucapan selamat hari raya baik secara langsung atau berupa kartu ucapan. Teman-teman juga bisa mengunjungi sanak saudara, kerabat, dan teman-teman yang lain.
Selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir dan batin.
Image by Michael Schwarzenberger from Pixabay
No Comments