Opini: Memaknai Toleransi dari Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
Toleransi agama merupakan aspek fundamental dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Dalam konteks global yang semakin terhubung dan plural, sikap toleran terhadap perbedaan agama menjadi semakin penting. Toleransi agama bukan hanya tentang membiarkan orang lain menjalankan keyakinannya dengan damai, tetapi juga tentang memahami dan menghargai hakikat keberagaman yang ada di sekitar kita.
Di berbagai belahan dunia, ketegangan antaragama sering kali menjadi sumber konflik. Namun, toleransi agama menawarkan solusi dengan memberikan landasan bagi dialog yang konstruktif dan saling menghormati. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki kepercayaan yang berbeda. Toleransi bukan berarti menyetujui segala hal yang dilakukan oleh kelompok agama lain, tetapi lebih pada pengakuan bahwa setiap individu berhak untuk menjalankan keyakinan mereka tanpa rasa takut atau penilaian.
Salah satu contoh dari toleransi agama adalah saat Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia pada kunjungan apostoliknya. Kunjungan ini menarik karena beliau memilih Indonesia yang merupakan negara mayoritas umat Islam. Kunjungan tersebut jelas membawa pesan toleransi dan damai antarumat beragama. Paus datang ke Indonesia tidak hanya menemui umat Katolik saja, tetapi juga mendatangi Masjid Istiqlal dan menemui pemuka agama Islam untuk berbincang bahkan memberikan koin perdamaian bagi Masjid Istiqlal sebagai makna persaudaraan.
Dari sisi ini, kunjungan apostolik ke Indonesia bukan hanya bermakna meneguhkan pemeluk Katolik di tanah air, lebih dari itu menjadi simbol perdamaian bagi semua orang, mewujudkan kekuatan dialog antaragama, toleransi, dan sektarianisme. Pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, kunjungan ke Masjid Istiqlal, dan pertemuan dengan tokoh lintas agama mengundang sinyal pesan perdamaian itu. Hal yang menjadi simbol lain adalah saat Paus Fransiskus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar melihat langsung terowongan silaturahmi di kawasan Masjid Istiqlal. Paus Fransiskus mengatakan terowongan itu sebagai simbol memperkuat persaudaraan.
Di negara-negara dengan masyarakat multikultural, seperti Indonesia, dengan berbagai suku, bahasa, dan agama yang hidup berdampingan, penting untuk menerapkan prinsip toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan menjadi kunci utama dalam proses ini, dengan mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menghargai perbedaan dan berkomunikasi dengan terbuka.
Sebagai kesimpulan, toleransi agama bukan hanya sekadar kampanye, tetapi merupakan kebutuhan praktis untuk menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif. Dengan mengedepankan sikap saling menghormati dan memahami, kita dapat memastikan bahwa keberagaman agama menjadi kekuatan yang memperkuat, bukan melemahkan keharmonisan sosial.
Yogyakarta, 13 September 2024
Marcellinus Galih Ruswidyatmoko Nugroho
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY Angkatan 2021
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7
Image by MetsikGarden from Pixabay
No Comments