Lentera Atma: Perdamaian Membawa Sukacita
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)
Dari kutipan ayat di atas, hidup di negeri kita yang penuh dengan perbedaan sering kali tidak mudah. Kita memiliki latar belakang suku, agama, budaya, bahkan pandangan politik yang berbeda-beda. Kadang kala hal ini membuat kita salah paham, bertengkar, atau bahkan terpecah. Dalam situasi seperti ini, firman Tuhan mengingatkan kita sebagai orang yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah.
Membawa damai bukan berarti diam saja dan menghindari masalah. Kita diajak untuk aktif menciptakan suasana yang tenang, menguatkan persaudaraan, dan mau mengampuni ketika ada yang menyakiti kita. Damai itu lahir dari kerendahan hati dan keinginan untuk saling mendengarkan.
Kalau kita sering lihat atau mendengar, pemerintah juga sering menghadapi tantangan besar dalam menjaga kedamaian negeri. Misalnya saat ada perbedaan pendapat soal kebijakan atau ketika muncul konflik di masyarakat. Di sinilah kita sebagai warga negara berperan. Kita bisa memilih untuk tidak ikut menyebarkan kebencian, tidak gampang terprovokasi, dan tidak asal menyalahkan. Sebaliknya, kita bisa memberi kritik dengan cara yang sehat, mendukung kebijakan yang baik, dan ikut serta menjaga persatuan.
Jadi, teman perdamaian itu sederhana. Hal tersebut bisa dimulai dari hal kecil, sebagai contoh tidak membalas kata-kata kasar dengan kata-kata kasar, memilih untuk mendengarkan lebih dulu, membantu orang yang sedang kesulitan, atau ikut mendoakan para pemimpin kita supaya bijaksana.
Kalau kita berusaha setiap melakukan itu, Damai Kristus akan hadir lewat hidup kita. Dan damai itu bukan hanya membawa ketenangan, tetapi juga menghadirkan sukacita yang sejati, sukacita karena kita tahu bahwa kita sedang hidup sebagai anak-anak Allah.
Namun, menghadirkan damai memang bukanlah hal yang mudah. Kadang kita harus melawan ego sendiri, menahan amarah, atau melepaskan keinginan untuk selalu benar dan disitulah letak tantangannya. Damai bukan sekedar kondisi tanpa konflik, melainkan sebuah pilihan sadar untuk tetap mengasihi meskipun ada perbedaan. Dengan demikian kita sedang belajar menjadi saluran kasih Tuhan yang nyata di tengah dunia yang haus akan kedamaian.
Perdamaian sendiri bukan hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kebaikan bersama. Saat kita menghadirkan damai, keluarga menjadi lebih rukun, lingkungan lebih harmonis, dan bangsa menjadi lebih kuat. Damai yang lahir dari kasih Kristus mampu menembus batas-batas perbedaan, sehingga semua orang bisa merasakan indahnya hidup dalam persaudaraan.
Perdamaian itu indah, ketika kita menjadi pembawa damai. Kita tidak hanya memberi berkat bagi orang lain melainkan merasakan sukacita yang mendalam dalam hati. Sukacita ini yang menjadi tanda bahwa kita sungguh berjalan bersama Allah Sang Raja Damai. Pada akhirnya damai yang kita hadirkan akan menjadi warisan berharga bagi generasi yang akan datang, agar mereka dapat hidup dalam persaudaraan dan kasih yang sejati.

No Comments