KAMAJAYA Scholarship / Lentera Atma  / Lentera Atma: Sedikit Lebih Beda Lebih Baik daripada Sedikit Lebih Baik

Lentera Atma: Sedikit Lebih Beda Lebih Baik daripada Sedikit Lebih Baik

Pandji Pragiwaksono pernah mengatakan bahwa “sedikit lebih beda, lebih baik daripada sedikit lebih baik”. Kalimat itu terasa membingungkan di awal, tetapi mempunyai makna mendalam di akhir. Para mahasiswa yang setiap hari hidup di antara ekspektasi, nilai, dan peniliaian sosial. Di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kampus yang dikenal dengan suasana akademisnya yang santai dan tetap kompetitif, kalimat ini seperti pangggilan untuk berhenti sejenak dan bertanya, apakah kita benar-benar kuliah untuk belajar atau hanya untuk terlihat seperti mahasiswa ideal.

Coba deh lihat sekitar. Semua orang kayaknya sibuk banget. Ada yang aktif di organisasi, ikut lomba nasional, jadi panitia event tiap minggu, bikin konten produktif, bahkan punya bisnis kecil di sela kuliah. Hebat sih, tapi jujur aja, kadang bikin insecure juga. Apalagi buat yang mengerjakan tugas saja sudah ngos-ngosan. Kita hidup di era di mana kalau nggak sibuk, dibilang nggak berkembang. Kalau nggak capek, dibilang nggak berjuang. Padahal kadang, kita cuma lagi butuh tidur siang dan sedikit kedamaian batin. Masalahnya, di kampus, kita sering lupa bahwa “beda” itu bukan berarti “salah.” Ada budaya tidak tertulis di mana semua orang harus kelihatan produktif, aktif, keren, dan berprestasi. Akibatnya, banyak yang akhirnya ikut arus bukan karena mau, tapi karena takut ketinggalan. Kita takut dinilai biasa aja padahal jadi biasa juga nggak dosa. Kampus kita ini penuh warna: ada yang kutu buku, ada yang aktivis, ada yang tukang nongkrong di kafe depan kampus dari jam 10 pagi sampai sore tapi laptop-nya tetap terbuka biar keliatan sibuk. Tapi anehnya, makin banyak warna, makin seragam rasanya. Semua berlomba-lomba untuk terlihat sama baik, aman, nggak neko-neko. Padahal, kalau semua orang berusaha jadi “sedikit lebih baik” dari orang lain, siapa yang berani jadi “sedikit lebih beda”?

Sedikit lebih beda bukan cuma soal gaya berpakaian atau cara ngomong. Tapi tentang berani punya pendapat sendiri, berani bilang “aku nggak setuju,” berani menolak ikut arus ketika arus itu nggak sesuai nilai diri. Kadang, keberanian buat tetap jadi diri sendiri di tengah dunia yang sibuk nge-branding “kesuksesan versi kampus” itu justru bentuk pencapaian paling jujur. Sebagai generasi muda, terutama Gen Z yang katanya paling terbuka dan paling ekspresif, kita sering lupa satu hal yaitu jadi beda itu bukan ancaman, tapi kontribusi. Bayangin kalau semua mahasiswa Atma Jaya pikirannya sama, suaranya sama, gaya hidupnya sama kampus ini bakal seperti template PowerPoint tanpa variasi font: rapi, tapi membosankan.

Jadi, daripada sibuk jadi yang paling baik, mungkin kita perlu belajar jadi yang paling otentik. Nggak semua orang cocok tampil di depan panggung, dan nggak semua orang harus punya prestasi viral di media sosial. Kadang, cukup jadi orang yang berani jujur sama dirinya sendiri. Karena dunia sudah cukup penuh dengan orang yang ingin terlihat benar yang kita butuhin sekarang adalah orang-orang yang tulus jadi dirinya sendiri. Mungkin itu maksud Pandji waktu bilang, “Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik” karena di zaman di mana semua orang sibuk jadi mirip, keberanian untuk menjadi diri sendiri adalah bentuk kemajuan yang paling keren.

Image by MetsikGarden from Pixabay

No Comments

Post a Comment

×

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Tanya Beasiswa KAMAJAYA