Coretan Mahasiswa: Menyambut UTS: Sibuk, Panik, tapi Tetap Berjuang
Menjelang Ujian Tengah Semester (UTS), rasanya waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. Tugas yang sebelumnya terasa ringan tiba-tiba menumpuk seperti gunung, materi kuliah yang kemarin masih santai kini berubah jadi daftar panjang yang harus di-review. Kampus mendadak sibuk, perpustakaan penuh, grup WhatsApp kelas tiba-tiba aktif sampai tengah malam, dan kata paling sering terdengar adalah “Udah belajar belum?”
Kesibukan menjelang UTS ini bikin ritme harian berubah total. Biasanya setelah kuliah bisa istirahat atau nongkrong sebentar sama teman, sekarang hampir setiap hari dihabiskan untuk nyicil rangkuman materi, ikut diskusi dadakan, atau sekadar cari referensi tambahan. Belum lagi dosen yang seolah kompak memberikan tugas tambahan menjelang ujian. Katanya sih biar “latihan soal”, tapi rasanya lebih mirip mini UTS sebelum UTS.
Walaupun begitu, suasana ini juga punya sisi positif. Teman-teman jadi lebih kompak, sering belajar bareng, saling berbagi catatan, bahkan yang biasanya pasif di kelas jadi ikut aktif tanya materi. Rasa panik tetap ada, tapi pelan-pelan bisa dikendalikan karena kita jalan bareng-bareng. Capek? Iya. Ngantuk? Sudah pasti. Tapi selama masih ada kopi, daftar materi belajar, dan motivasi untuk lulus dengan nilai baik, semua tetap bisa dijalani.
Intinya, menjelang UTS bukan cuma soal menghafal materi kuliah, tapi juga belajar ngatur waktu, ngelawan rasa malas, dan tetap waras di tengah tekanan akademik. Karena di balik semua kesibukan ini, ada tujuan yang terus diperjuangkan: jadi mahasiswa yang bukan hanya lulus, tetapi juga paham apa yang dipelajari.











No Comments