Penerima Beasiswa KAMAJAYA : Gabriel Rimu Dicky Budi Setiawan
Gabriel Rimu Dicky Budi Setiawan
Tanggal Lahir:
Kota Asal:
Studi:
6 Maret 2000
Yogyakarta
Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil semester 4 (Maret 2020)
Gabriel Rimu Dicky Budi Setiawan
Mahasiswa Fakultas Teknik UAJY Prodi Teknik Sipil
Berproses dalam Kehidupan
Perkenalkan nama saya Gabriel Rimu Dicky Budi Setiawan dan biasa dipanggil Dicky. Di SMP dan SMA, saya biasa dipanggil Gabriel, di Komunitas PASKIBRAKA dipanggil Rimu. Saya lahir di Bantul tanggal 6 Maret 2000 dalam keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, eyang kakung, dan eyang putri. Kami tinggal di rumah Eyang karena Ayah dan Ibu tidak mempunyai rumah sendiri.
Sejak Dicky kecil, Ayah tidak bekerja alias pengangguran. Jika menginginkan sesuatu, dalam bahasa Jawanya “sak dek-sak nyet”. Itu berlangsung lama dan sering main tangan. Waktu itu, Ibu bekerja di perusahaan handicraft yang gajinya tidak seberapa dan kadang harus pinjam uang dulu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu SD, Dicky sudah mulai membantu Ibu dengan berjualan gambar-gambar kartun yang di-download dari internet dengan harga Rp 500,- untuk setengah halaman kwarto dan Rp 1.000,- untuk satu halaman penuh ukuran kwarto.
Tahun 2006 saat terjadi gempa, rumah kami rata dengan tanah. Eyang Kakung terpendam lama dalam reruntuhan tetapi berhasil diselamatkan dengan banyak luka di kepala dan badan. Waktu itu, Dicky juga ada di rongga-rongga reruntuhan bersama Eyang Putri dan berhasil keluar dengan cara merangkak. Kepala Dicky ada sebagian yang terkelupas kulitnya. Dicky trauma cukup lama untuk tinggal di rumah tembok. Kami dalam pengungsian kurang lebih 3 bulan. Setelah kondisi mulai aman, kami tinggal di rumah semipermanen yang dibangun dengan mengumpulkan bantuan-bantuan yang kami terima. Keluarga Dicky mendapatkan bantuan rumah JRF dan Eyang dapat bantuan rumah dari Pokmas. Berangsur-angsur juga, Dicky mulai berani tinggal di rumah tembok/permanen.
Pada tahun 2006 itu juga, Dicky pertama kali masuk Sekolah Dasar di SD Kanisius Bantul. Dicky bersekolah di tenda. Dicky dapat bantuan tas dan buku untuk sekolah. Setelah sekolah direnovasi, Dicky mulai belajar di ruang kelas permanen. Selama menempuh SD, Dicky mendapatkan keringanan biaya sekolah karena termasuk keluarga yang tidak mampu dan Ayah masih pengangguran. Sebelum pengumuman ujian kelas 6, Dicky mencoba ikut tes masuk SMP Negeri 1 Bantul yang waktu itu termasuk sekolah RSBI yang biaya SPP-nya mahal. Setelah melalui rangkaian tes, nilai rapor dari kelas 5, tes tertulis, psikotes dan wawancara, akhirnya Dicky diterima di sekolah tersebut.
Setelah Dicky masuk SMP, Ayah mulai bekerja tetapi gajinya tidak pernah diberikan ke Ibu. Gajinya dipakai untuk menutup pinjaman tahun-tahun yang lalu. Bersyukur kepada Tuhan, selama sekolah SMP 3 tahun, Dicky tidak perlu membayar uang SPP karena selalu masuk ranking 10 besar dan berprestasi di cabang olahraga Dancesport.
Tahun 2015, Dicky lulus SMP dan lanjut ke SMA Negeri 1 Bantul. Sama seperti di SMA, selama di SMA untuk biaya sekolah Dicky mendapatkan bantuan dari Hoshizora Foundation. Waktu Dicky kelas 3 SMA, pas Ujian Sekolah tepatnya tanggal 28 Februari 2018, Ayah kena serangan jantung dan harus opname di RS St. Elisabeth Ganjuran. Tanggal 6 Maret 2018 dini hari, beliau terkena serangan jantung yang kedua dan langsung masuk ICCU RS Panti Rapih selama 6 hari. Setelah kejadian itu, Ayah harus kontrol rutin setiap bulan dan minum obat rutin sampai sekarang. Bersyukur kepada Tuhan, semua bisa ditanggung BPJS Kesehatan sehingga tidak perlu cari pinjaman untuk biaya rumah sakit dan biaya kontrol rutin setiap bulannya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, waktu itu masih bingung mau kuliah apa dan di mana, karena Ayah sudah menyerah untuk membiayai. Pada akhirnya, Dicky memberanikan diri mendaftar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta lewat jalur unggulan yang terakhir dan diterima di Program Studi Teknik Sipil. Dicky tertarik dengan Teknik Sipil karena ingin membangun negara dan peluang kerja untuk Teknik Sipil sangat luas. Indonesia merupakan negara berkembang dari segi ekonomi maupun infrastruktur. Dan jika sudah lulus nanti, Dicky berharap bisa menjadi seorang pengusaha, kontraktor, konsultan bangunan, atau menjadi developer. Untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita tersebut dari sekarang, Dicky harus tekun dalam belajar dan mengenal lebih dekat tentang seluk-beluk bangunan seperti infrastruktur, air, tanah, dan lain sebagainya.
Setelah pengumuman bahwa diterima di Universtas Atma Jaya Yogyakarta, Dicky kembali bingung. Mau bayar uang pangkal dan sebagainya pakai apa? Karena, Dicky sama sekali tidak punya uang untuk biaya kuliah. Tetapi tangan Tuhan sungguh luar biasa, dengan perantaraan ibu ketua IODI Bantul, Dicky bisa dibantu menyelesaikan pembayaran tersebut. Selama kuliah, Dicky juga mengikuti kegiatan seperti Taekwondo, Marching Band, dan Komunitas Garuda Katolik. Dicky harus pandai-pandai mengatur waktu supaya bisa jalan semuanya.
Pada akhirnya dengan melalui berbagai proses seleksi KAMAJAYA Scholarship, Dicky berhasil lolos dan diterima sebagai penerima beasiswa. Dicky harus belajar giat agar tetap memperoleh hasil studi yang baik dan maksimal. Di kemudian hari setelah Dicky bekerja, Dicky dapat berbagi dengan anak-anak lain yang ingin melanjutkan studi tapi kesulitan biaya.
Terima kasih KAMAJAYA Scholarship.
No Comments