Kisah Penerima Beasiswa: Bukan Sekadar Diterima, namun Menjadi Keluarga
Masih sangat teringat di pikiran ini, saat pertama kali mendapat sebuah notification dari orang tua yang juga LDR dengan anaknya Surabaya – Jogjakarta, “Adek harus siap dengan kemungkinan terburuk untuk tidak bisa lanjut kuliah.”
Bisa dibayangkan seperti apa keadaanya. Sangat mengerikan, bukan? Jujur, itu sangat mengerikan. Angan-angan untuk bisa kuliah sampai lulus dengan gelar S.T. tiba-tiba runtuh. Ditambah paket combo waktu itu belum makan siang, tugas kuliah banyak, belum bayar kos yang sudah telat 2 bulan, sungguh sebuah pengalaman hidup yang bisa saya senyumi saat ini.
Masih bertanya-tanya amalan apa yang dibuat orang tua saya dahulu atau dalam doa yang mana yang didengar oleh Tuhan Yesus, sampai saya mendapat teman yang sangat baik merekomendasikan saya untuk ditolong dengan Beasiswa KAMAJAYA. Hanya lewat telephone dan dalam keadaan menahan tangis penuh sesak untuk memenuhi segala administrasi yang sangat banyak dan kemudian handphone berdering. “Hari ini kamu ke kantor keuangan untuk meminta bukti permbayaran SPP agar bisa ujian,” masih terdengar dan tersimpan dalam ingatan suara beliau yaitu Pak Hadi.
Proses yang cukup panjang. Betul, sangat banyak dokumen yang harus dipenuhi. Namun, saya yakin tim penyeleksi juga ingin lebih tahu banyak tentang calon yang akan diterima. Hal ini yang sangat berbeda dengan beasiswa yang lain, yang melihat hanya dari IPK. Padahal saya percaya, IPK itu bisa jadi penggambaran dari keadaan mahasiswa yang sedang menjalankan kuliahnya. Lantas bagaimana dengan anak-anak yang awalnya IPK-nya tinggi tiba-tiba jatuh karena keadaan orang tua, apakah tidak layak untuk bisa menerima beasiswa? Padahal anak tersebut adalah harapan orang tuanya?
Saya sangat bersyukur karena bisa diterima sebagai Penerima Beasiswa KAMAJAYA. Saya yakin tidak ada beasiswa lain yang memberikan bimbingan konseling sebaik romo yang mendampingi saya selama saya menjadi penerima beasiswa, sebut saja romo itu adalah Romo Agus Widodo, Pr. Saya merasakan Romo membangun semangat dalam batin dan diri saya. Beliau sangat paham kalau saya bisa menaikkan nilai diri saya ya harus dimulai dari dalam batin. Dan terbukti, nilai IPK yang pernah jatuh kemudian naik signifikan dan batin lebih seimbang.
Saya merasa bukan hanya sebagai penerima dengan segala kewajiban yang harus dilakukan dan implementasi janji pada saat wawancara, namun saya diterima dengan sangat hangat layaknya seorang saudara yang sudah terlalu jauh pergi, kemudian pulang dan disambut dengan keluarga yang sangat hangat. Bahkan sampai saat ini, saya sudah pergi jauh merantau dan tidak di Yogyakarta yang sangat Istimewa itu berkat KAMAJAYA Scholarship. Saya masih merasakan kehangatan itu sampai sekarang. Meskipun sudah jarang sekali mampir karena terhalang pekerjaan.
Thank you KAMAJAYA Scholarship,
Tangerang, 16 Juli 2024
Agnes Diah Puspitasari
Alumni Program Studi Teknik Industri UAJY Angkatan 2017
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-4
PPIC Banana Associate, PT Sewu Segar Nusantara
No Comments