
Opini: Teman Setia, tapi Saingan Diam-Diam

Dalam perjalanan sebagai mahasiswa, kita sering bertemu dengan teman yang tumbuh bersama, sama-sama berjuang di kelas, saling mendukung saat tugas menumpuk, hingga berbagi mimpi tentang masa depan. Mereka terlihat setia di samping kita, selalu ada saat kita butuh teman cerita atau sekadar teman duduk di kantin. Tapi, kadang ada satu kenyataan yang sulit dihindari: tidak semua teman yang setia benar-benar tulus. Ada kalanya, mereka justru melihat kita bukan sebagai sahabat, tapi sebagai saingan yang diam-diam harus dikalahkan.
Persaingan di dunia kampus memang tidak bisa dihindari. Entah itu soal IPK, posisi di organisasi, relasi dengan dosen, atau peluang magang dan beasiswa. Namun yang menyakitkan bukan soal kalah atau tertinggal, melainkan ketika orang yang kita anggap paling dekat ternyata menjadikan pencapaian kita sebagai ancaman. Tiba-tiba, mereka mulai bersikap dingin, menyindir secara halus, bahkan menyebarkan keraguan atas capaian yang kita raih.
Sebagai mahasiswa, ini bisa menjadi beban mental tersendiri. Kita jadi ragu, apakah pantas merasa bangga dengan pencapaian kita? Apakah kita egois jika tetap maju meski ada teman yang merasa tersaingi? Padahal, yang kita harapkan hanyalah tumbuh bersama—bukan saling menjatuhkan. Namun, dari pengalaman semacam ini, kita bisa belajar. Bahwa tidak semua hubungan pertemanan itu sehat. Ada teman yang hadir sebagai pendukung, tapi juga ada yang diam-diam berlomba tanpa memberitahu bahwa mereka ikut balapan. Kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain bersikap, tapi kita bisa memilih untuk tetap tulus, fokus pada tujuan, dan menjaga batas seperlunya.
Teman yang baik adalah mereka yang bisa merasa bangga atas pencapaian kita, bukan yang merasa terancam. Dan kita pun, sebagai mahasiswa yang sedang tumbuh, perlu belajar untuk bersyukur tanpa merendahkan, serta berkompetisi tanpa memusuhi. Mungkin memang benar, tidak semua orang yang tersenyum di samping kita benar-benar bahagia atas keberadaan kita. Tapi selama kita tahu arah dan tujuan, tak perlu menoleh terlalu lama ke kiri dan kanan. Cukup pastikan, langkah kita tetap jujur, dan hati kita tetap bersih.
Yogyakarta, 19 Juni 2025
Maria Ervioline Putri
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY Angkatan 2021
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-6
Image by Michal Jarmoluk from Pixabay
No Comments