
Kisah Penerima Beasiswa: Selalu Ada dalam Setiap Kejadian
Setiap bulan menghiasi langit, selalu terbayang seorang perempuan kecil berusia empat tahun yang selalu tersenyum di setiap harinya. Perempuan kecil dengan harapan ingin menjadi pelukis yang dibuktikan dengan piala dan piagam yang didapatkan dari lomba menggambar yang diikutinya. Namun, sering kali kita hanya bisa berharap karena keadaan yang tidak mendukung. Kondisi finansial menjadi salah satu penyebabnya, kehidupan yang hanya ditopang oleh satu ibu sangat tidak mudah.
Mama merupakan seorang yang hebat untuk dapat menjalankan peran ibu dan ayah sekaligus. Ia yang rela untuk hidup seadanya demi menunjang bakat dan kemampuan anaknya hingga saat ini. Banyak orang berkata bahwa seorang ayah tidak pernah hidup untuk dirinya sendiri, namun seumur hidupku mamakulah yang selalu hidup untuk anaknya dan orang di sekelilingnya. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kehidupanku, alam bawah sadarku selalu berusaha untuk melindungi Mama dari siapapun yang beresiko membuat Mama sedih.
Bahkan hingga akhirnya Mama menikah kembali yang ternyata justru menjadi sumber rasa sakit bagiku dan Mama, aku hampir kehilangan arah. Rasanya saat itu Tuhan tidak mendengar doaku. Namun, hidup harus terus berjalan karena ketika tidak ada yang bisa kujadikan sebagai pegangan nyatanya Tuhan tetap menjadi sumber kekuatan dengan kebaikan-kebaikan yang Ia berikan setelahnya. Salah satu “pelangi” yang Tuhan beri adalah ketika aku mendapatkan Beasiswa KAMAJAYA di Semester 3, yang mana saat itu pilihanku adalah cuti kuliah atau kuliah dengan bekerja part time. Namun, Tuhan berbaik hati dengan memberi bantuan melalui KAMAJAYA Scholarship. Selain itu, KAMAJAYA Scholarship juga menyadarkanku bahwa masih banyak orang yang memiliki permasalahan lebih berat. Melalui beasiswa ini, aku bertemu dengan berbagai macam tipe dan sifat manusia yang juga memberikanku insight baru bahwa kita tidak bisa melihat sesuatu hanya dari satu kacamata.
Bimbingan yang diadakan di setiap semesternya sangat membantu bagi penerima beasiswa, bantuan terbesar dari bimbingan ini adalah ketika aku mendapatkan konselor yang sungguh peduli dan memahamiku. Dari bimbingan ini, akhirnya aku yang sejak beberapa tahun yang lalu merasa perlu bantuan, mendapatkan kesempatan untuk konsultasi langsung dengan psikolog. Dari kesempatan ini, aku dapat lebih untuk menerima dan lebih legowo dalam menjalani kehidupanku. Ada sebuah kalimat dari psikolog yang mungkin juga berguna bagi kita semua, kalimat itu menyatakan bahwa kita hanya bisa mengendalikan diri kita namun tidak untuk orang lain. Ketika orang di sekitar kita atau bahkan orang terdekat kita berbuat hal yang secara tidak langsung menyakiti kita, nyatanya kita tidak bisa mengendalikan orang tersebut untuk tidak berbuat hal yang sama. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk menguatkan hati dan sedikit egois untuk tidak peduli supaya tidak merasakan sakit yang terlalu dalam.



Hingga saat ini, tentu permasalahan terutama dalam hubunganku dengan keluarga atau ayah akan selalu datang silih berganti dalam kehidupanku. Namun ketika hal itu datang, aku selalu berusaha mengandalkan Tuhan dan percaya bahwa di setiap kejadian pasti akan selalu ada makna di baliknya. Hal yang dapat kulakukan adalah terus fokus untuk menggapai impianku di masa mendatang supaya dapat memberikan berkat untuk orang di sekitarku seperti yang saat ini donatur lakukan, menjadi berkat bagi kami para penerima beasiswa.
Yogyakarta, 3 Juli 2025
Avrilla Putri Indraprasta
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2022
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7
No Comments