
Opini: Langkah Kasih di Tanah Gersang, Kesetiaan Menjadi Harapan

Hidup sering kali digambarkan sebagai sebuah perjalanan yang penuh lika-liku. Ada masa ketika kita merasa hidup dengan kebahagiaan, keberhasilan, dan dukungan dari banyak orang. Namun, ada pula masa ketika kita harus melewati tanah yang gersang, sebuah kondisi yang penuh keterbatasan, kesepian, kegagalan, atau bahkan penderitaan batin yang mendalam. Dalam keadaan seperti ini, membuat manusia menjadi mudah terjebak pada keputusasaan, merasa tidak ada jalan keluar, dan kehilangan semangat untuk melangkah. Namun, di tengah kegersangan hidup itulah kasih hadir sebagai langkah kecil yang mampu memberikan harapan baru. “Langkah kasih di tanah gersang” bukan sekadar ungkapan puitis, melainkan sebuah realitas bahwa kebaikan sekecil apa pun yang tulus diberikan dapat menjadi sumber kekuatan besar bagi mereka yang sedang berjuang.
Kasih memiliki daya yang luar biasa. Ketika seseorang berada dalam situasi gersang, satu bentuk kasih sayang, kepedulian, atau bahkan sekadar sikap mendengarkan bisa memberikan ketenangan. Kasih
membuat seseorang merasa tidak sendirian, tidak ditinggalkan, dan masih memiliki alasan untuk terus bertahan. Kasih yang tulus juga mampu menggerakkan hati manusia untuk bangkit dari keterpurukan, karena kasih adalah energi yang menyalakan semangat hidup. Di sinilah terlihat betapa pentingnya langkah kasih, betapa pun kecil dan sederhana, karena dari situlah kehidupan kembali bisa bersemi. Sebagaimana tanah yang gersang membutuhkan setetes air untuk menumbuhkan tunas baru, demikian pula hati manusia membutuhkan kasih untuk menumbuhkan pengharapan.
Namun, kasih tidak berhenti pada tindakan sesaat. Kasih yang sejati senantiasa berakar pada kesetiaan. “Kesetiaan menjadi harapan” mengandung makna bahwa keberlanjutan kasih, konsistensi dalam peduli, serta keteguhan hati dalam menemani orang lain menjadi pondasi bagi lahirnya pengharapan yang sejati. Kesetiaan adalah wujud kasih yang tidak menyerah meski dihadapkan pada tantangan. Kesetiaan yang demikian bisa datang dari iman kepada Tuhan yang selalu setia mendampingi umat-Nya, bisa juga datang dari keluarga yang terus mendukung meski dalam keterbatasan, atau dari sahabat yang tetap ada meski semua orang pergi. Dalam kesetiaan, manusia menemukan pegangan yang membuatnya yakin bahwa badai pasti berlalu, dan bahwa di balik tanah gersang selalu ada kemungkinan hadirnya kehidupan baru.
Dalam konteks spiritual, tema ini juga mengingatkan bahwa Tuhan selalu meneguhkan umat-Nya dengan kasih setia-Nya yang tidak pernah berubah. Tuhan tetap menyediakan jalan, bahkan ketika jalan itu tampak mustahil. Kasih setia Tuhan menjadi sumber pengharapan yang tidak pernah padam, karena di dalam kesetiaan-Nya, manusia diajak untuk percaya bahwa penderitaan bukanlah akhir. Sementara itu, dalam konteks sosial, kesetiaan manusia terhadap sesamanya juga memiliki kekuatan besar untuk menyalakan harapan. Di tengah dunia yang semakin individualis, kesetiaan untuk peduli, menemani, dan tidak meninggalkan mereka yang lemah adalah bukti nyata bahwa kasih mampu mengubah hidup seseorang.
Oleh karena itu, “Langkah Kasih di Tanah Gersang, Kesetiaan Menjadi Harapan” bukan hanya sekadar ungkapan indah, melainkan sebuah panggilan hidup. Kita diajak untuk menghadirkan kasih di tengah kegersangan, karena kita tidak pernah tahu betapa berharganya langkah kasih kecil yang kita lakukan bagi orang lain. Kita juga diajak untuk memelihara kesetiaan dalam kasih, sebab hanya kesetiaanlah yang mampu menjaga harapan tetap hidup. Dengan kasih dan kesetiaan, tanah yang gersang dapat kembali menjadi subur, hati yang kering dapat kembali bersemi, dan hidup yang hampa dapat kembali menemukan maknanya. Pada akhirnya, kasih dan kesetiaan adalah dua hal yang saling melengkapi kasih memberi kehidupan, kesetiaan menumbuhkan harapan dan keduanya adalah jawaban bagi kegersangan hidup manusia.
Yogyakarta, 18 Agustus 2025
Redemptus Papo Dodit Hermawan
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2024
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-9
Image by Gerd Altmann from Pixabay
No Comments