Lentera Atma: Arti Kata Cukup
Seringkali kita mendengar bahwa siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang. Siapa yang mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya, itu akan sia-sia. Dari kalimat tersebut dapat menjelaskan bahwa seberapa banyak harta kita, kita tidak akan pernah merasa puas. Uang selalu membuat kita serakah. Sekalipun orang sudah kaya, ia akan terus ingin kaya. Dalam dunia ini, akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. Salah satu tanda seseorang cinta uang adalah hidupnya terus fokus pada uang. Segala sesuatu selalu diukur dengan uang. Sering orang berkata, “Kalau tidak kaya raya berarti belum sukses.”
Apa yang dilakukan seseorang yang cinta uang, hidupnya akan menyimpang dari yang Tuhan perintahkan. Demi menjadi kaya, seseorang bisa saja menipu bahkan menghalalkan segala cara supaya bisa menjadi kaya. Seseorang yang cinta uang terkadang akan menyiksa dirinya dengan berbagai duka. Seringkali masalah yang menerpa kita berasal dari perbuatan yang kita buat sendiri.
Kebutuhan pokok manusia itu ada 5 (lima): kesehatan, makan, pakaian, rumah tinggal, pekerjaan/pendidikan. Tetapi terkadang kita sendiri yang menambahkan kebutuhan lainnya yang harusnya tidak menjadi kebutuhan pokok menjadi kebutuhan pokok. Seringkali ada beberapa orang yang mengukur seseorang terberkati selalu memakai angka. Jikalau belum mencapai angka tertentu berarti belum terberkati. Kita harus tahu bahwa berkat Tuhan itu tidak terukur dari jumlah kekayaan. Kalau kita sehat, bisa makan, kita bahagia, anak-anak bisa bersekolah itu juga merupakan berkat dari Tuhan.
Uang bukanlah kunci dari suatu kebahagiaan. Uang bukanlah segalanya, tetapi Tuhanlah segalanya. Uang hanyalah suatu alat kesenangan. Tetapi Tuhanlah yang memberi kebahagiaan dan ketenangan jiwa, bukan dunia yang memberikan. Kita harus tahu bahwa ada 2 (dua) ukuran cukup:
1. Yang mampu kita nikmati
Bukan seberapa banyak yang kita bisa miliki, tetapi seberapa banyak yang bisa kita nikmati. Jangan menilai orang terberkati dari seberapa banyak yang ia miliki. Orang yang diberkati adalah orang yang bisa menikmati hidup.
2. Punya lebih untuk berbagi
Orang yang diberkati Tuhan adalah orang yang mengerti kata cukup untuk diri sendiri dan punya lebih untuk dibagi. Tuhan bukan hanya memberi kita hidup, tetapi agar kita menikmati hidup kita dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita pasti sering mendengar pepatah “lebih baik memberi dari pada menerima”. Tetapi pada faktanya, sering kali kita enggan berbagi karena kuatir untuk kita sendiri tidak cukup. Padahal saat kita menabur, kita itu sedang menginvestasikan penyediaan Tuhan bagi kita dan anak cucu kita di masa depan. Ada hal terpenting yang harus kita tahu, jangan setiap kali kita menabur, kita berbuat seolah-olah Tuhan berhutang pada kita. Ketika kita menabur, jangan pernah kita berpikiran supaya Tuhan mengembalikan berlipat kali ganda. Ketika kita menabur, sebenarnya kita harus sadar, seberapapun yang kita taburkan tidak akan sebanding dengan segala sesuatu yang Tuhan berikan bagi kita. Bersyukurlah kalau Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk menabur. Tuhanlah penyedia benih bagi para penabur.
Kita harus punya ukuran cukup bagi hidup kita sebagai sebuah patokan. Kalau tidak ada ukuran cukup bagi hidup kita, maka seumur hidup kita tidak akan merasa cukup. Terkadang, orang tidak pernah merasa cukup karena selalu melihat ukuran yang dipakai oleh orang lain. Kita harus ingat bahwa hidup kita itu hanya sementara. Ingat, harta tidak dibawa mati. Jadi, jangan hanya harta di dunia yang kita kumpulkan, tetapi persiapkan juga yang rohani.
Image by Gerd Altmann from Pixabay
No Comments