Coretan Mahasiswa: Rayleigh Scattering
Ketika terbangun di pagi hari dengan langit biru yang cerah, sering kali membuat perasaan lebih baik sehingga timbul semangat untuk menjalani hari. Terkadang juga, menyesap kopi ketika langit senja membuatnya terasa lebih nikmat. Tapi, bagaimana warna itu timbul?
Ya, jadi seorang ilmuwan Inggris bernama John William Sturtt atau lebih dikenal Lord Rayleigh memaparkan gagasannya mengenai hamburan cahaya bahwa semakin rendah panjang suatu gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tampak, maka akan lebih mudah terserap oleh udara sehingga semakin banyak yang dihamburkan.
Oke, jadi cahaya matahari itu sebenarnya terdiri dari beberapa susunan warna seperti pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Urutan warna ini juga menjadi urutan panjang gelombang, seperti halnya merah dengan panjang gelombang yang paling tinggi dan ungu dengan panjang gelombang yang paling rendah. Lalu, kenapa bukan cahaya ungu yang tampak? Pertama, karena mata kita lebih sensitif terhadap warna biru dan yang kedua karena kuantitas cahaya ungu lebih sedikit, maka dari itulah langit yang kita lihat berwarna biru. Kalau begitu, bagaimana langit berwarna oranye atau jingga? Nah, biasanya warna langit oranye atau jingga muncul di pagi hari ketika matahari baru saja terbit, juga ketika sore hari ketika matahari mulai terbenam. Pada saat ini, matahari berada di sudut yang rendah sehingga partikel yang ditembus akan menjadi lebih tebal. Untuk dapat menembusnya, perlu cahaya dengan gelombang yang lebih tinggi seperti merah dan jingga. Karena itulah, cahaya yang tampak di langit pagi dan sore berwarna jingga.
No Comments