Lentera Atma: Yesus Menonton Pertandingan Sepak Bola
Minggu lalu, sebagai warga negara Indonesia, kita menyalurkan aspirasi politik kita melalui PEMILU. PEMILU merupakan pesta demokrasi, di mana semua warga negara Indonesia memberikan suaranya untuk memilih presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif. Proses ini penting untuk menentukan masa depan bangsa. Namun demikian, beda pendapat dan beda pilihan politik ini berpotensi merusak keutuhan, persatuan, dan kerukunan bangsa.
Begitu banyak pesan dari tokoh-tokoh masyarakat untuk kita agar selalu menjaga keutuhan, persatuan, dan kerukunan bangsa meski ada perbedaan pilihan politik. Bahkan nama Tuhan juga dibawa-bawa dalam kampanye untuk memenangkan paslon tertentu. Ada sebuah kisah menarik yang ditulis oleh Anthony de Mello, SJ. dalam bukunya yang berjudul BURUNG BERKICAU. Kisah ini bisa menjadi bahan renungan kita minggu ini untuk terus selalu menjaga keutuhan, persatuan, dan kerukunan bangsa karena Tuhan tidak memihak.
Kisahnya sebagai berikut:
Yesus Kristus berkata bahwa Ia belum pernah menyaksikan pertandingan sepak bola. Maka kami, aku dan teman-temanku, mengajak-Nya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.
Kesebelasan Katolik memasukkan bola terlebih dahulu. Yesus bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu ganti kesebelasan Protestan yang mencetak goal. Dan Yesus bersorak gembira serta melemparkan topinya tinggi-tinggi lagi.
Hal ini rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang kami. Orang itu menepuk pundak Yesus dan bertanya, “Saudara berteriak untuk pihak yang mana?”
“Saya?” jawab Yesus, yang rupanya saat itu sedang terpesona oleh permainan itu. “Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu pihak, Saya hanya senang menikmati permainan ini.”
Penanya itu berpaling kepada temannya dan mencemooh Yesus: “Ateis!”
Sewaktu pulang, Yesus kami beritahu tentang situasi agama di dunia dewasa ini. “Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan,” kata kami. “Mereka selalu mengira, bahwa Allah ada di pihak mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain.”
Yesus mengangguk setuju. “Itulah sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku mendukung orang-orangnya,” katanya. “Orang lebih penting daripada agama. Manusia lebih penting daripada hari Sabat.”
“Tuhan, berhati-hatilah dengan kata-kataMu,” kata salah seorang di antara kami dengan waswas. “Engkau pernah disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu.”
“Ya, dan justru hal itu dilakukan oleh orang-orang beragama,” kata Yesus sambil tersenyum kecewa.
(dikutip dari buku BURUNG BERKICAU, karya Anthony de Mello SJ., Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
No Comments