Kisah Penerima Beasiswa: KAMAJAYA Scholarship, Salah Satu Keajaiban Besar
Kurang dari 4 tahun studi, menjadi perjalanan yang cukup tidak terasa, tak terasa juga umur sudah menginjak angka 22 tahun. Namun yang jika dipikirkan kembali mundur, sangat banyak hal yang sudah terjadi, yang tentu semua orang juga mengalami. Menjadi tidak adil jika saya hanya memfokuskan cerita ini tentang usaha saya yang mungkin belum ada apa-apanya dibanding usaha Ibuk selama membesarkan saya selama 22 tahun ini dengan berbagai macam tantangan besar baik fisik maupun non-fisik.
Memiliki 1 orang tua semenjak lahir, Ibuk menjadi satu-satunya keluarga kandung yang saya miliki. Jika idealnya sebuah keluarga berisi 3-4 orang, saya hanya 2 sedari kecil. Bukan karena ditinggal, tetapi tidak tahu entah kemana, bertemu pun hanya sekali (kelas 2 SMP) hanya berjabat tangan kemudian pergi. Tentu sangat-sangat berat bagi Ibuk untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Sangat hebatnya Ibuk masih bertahan sampai saat ini, dengan segala pengorbanan hanya untuk memastikan saya dapat cukup dan dapat kesempatan belajar yang tinggi.
Di lain dari ibu sedarah saya, ada pula sosok yang kupanggil Ibu juga. Saat Ibu dahulu kerja, aku dititipkan ke Bu Tini ketika dulu saya masih kecil, sosok yang juga mengayomiku seperti seorang ibu pada umumnya. Yang mulai dari kecil sampai sekarang aku memanggilnya juga dengan panggilan “Ibuk”, beliau sekarang sudah berumur, namun tetap masih cantik.
Banyak sekali keajaiban yang menolong perjalanan saya dan Ibuk, dan salah satu keajaiban besar adalah pertolongan Tuhan lewat KAMAJAYA SCHOLARSHIP. Setelah permasalahan SPP Asrama selama SMP yang tidak pernah Ibuk ceritakan, saya pun kaget ketika tahu Ibuk perlu melunasi SPP SMP. Saya kira uang saku yang seadanya selama saya SMP sudah cukup bagi Ibuk untuk membayar SPP SMP saya. Namun nyatanya, saya baru tahu Ibuk masih perlu melakukan kredit yang baru saya ketahui 3 tahun setelahnya. Benci, jika diingat kenapa Ibuk memaksa saya masuk asrama, padahal hal tersebut yang menyiksa beliau untuk harus membanting tulang hanya untuk saya anak satu-satunya.
Pada semester akhir pun saya baru tahu Ibuk pun meminta tolong ke saudara dengan nominal yang sangat mengagetkan saya. Tak terhitung jumlahnya berapa pengorbanan yang beliau sudah lakukan, saya pun tidak tahu bagaimana beliau menanggung beban seberat itu sendirian, kepada siapa beliau bercerita, dan saat itulah saya tersadar alasan kenapa beliau sangat menghormati Yang Maha Kuasa.
Pada awalnya, saya menganggap menjadi salah satu Penerima Beasiswa KAMAJAYA Batch VI merupakan hal yang biasa saat itu di Semester 5. Namun dengan segala macam prosesnya, saya pun mendapatkan banyak teman dekat, dan menemukan sosok orang tua yang sangat mengayomi anak-anaknya, tiada lain dan tiada bukan adalah Pak Hadi, beliau yang sangat memperhatikan anak-anaknya satu per satu. Di lain sisi, sosok pembimbing, Pak Yoga dan Pak Reno yang walaupun beberapa kali lupa nama saya, namun tidak dapat dipungkiri, beliau berdua juga ambil andil dalam “proses” perjalanan saya.
Ujian Pendadaran menjadi proses yang cukup melatih jantung, di mana output proses perjalanan kuliah saya akan tertuang di situ. Banyak sekali cobaan yang saya hadapi ketika mengerjakan skripsi, baik pergantian dosen seminar dan skripsi, pergantian judul akibat dosen baru yang tidak begitu paham dengan topik yang saya angkat di seminar proposal sebelumnya, dosen yang cukup banyak kegiatan, pengerjaan pengumpulan skripsi untuk daftar ujian pendadaran yang saya lakukan di mobil, di rumah makan karena deadline berpapasan dengan acara baptisan cucu Bude di luar kota, dan lain sebagainya. Sampai, semua mulai lega ketika dengan bantuan teman saya yang berada di Jogja membantu pengumpulan hardcopy skripsi, dan berikut kabar yang dia berikan ketika membantu saya dalam pengumpulan dan printout skripsi saya.
H-1 ujian pendadaran cukup mendebarkan pada sorenya, ketika saya mengikuti ibadah harian di gereja, namun semua mulai dapat terkondisi ketika malam saya dibantu teman saya mempersiapkan pertanyaan dan jawaban serta membenahi PPT saya. Sampai pada akhirnya, proses saya dengan segala dorongan orang-orang yang percaya pada saya, Ibuk, pakde, bude, om, tante, para sahabat, teman-teman, dan para “pamong” KAMAJAYA SCHOLARSHIP, pada tanggal 3 Juli 2024, saya resmi telah menyelesaikan ujian pendadaran dan dinyatakan lulus. Untuk sampai di langkah ini, tentu tidak luput dari uluran kasih para pamong dan donatur, baik material maupun non-material, tidak ada sesuatu yang layak untuk membalas kebaikan beliau-beliau, hanya terima kasih sebesar-besarnya dan doa yang dapat saya berikan. Saya sangat bertekad untuk juga dapat menjadi uluran kasih Tuhan kepada mereka yang memang membutuhkan.
Satu hal yang saya ambil, dengan berbagai macam banyak hal yang terjadi pada Ibuk maupun saya, “Everything will be okay in the end, and if it’s not okay, then it’s not the end”. Sekali lagi, terima kasih tak terhingga kepada para donatur sebagai perpanjangan kasih Tuhan yang telah menggandeng tangan saya selama ini.
Yogyakarta, 17 Juli 2024
Severinus Bhanu Adom Triyoga
Mahasiswa Program Studi Manajemen UAJY Angkatan 2020
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-6
No Comments