Lentera Atma: Belajar dari Mereka yang Berjuang

“The Catholic Worker Movement, selain memberikan bantuan sosial, organisasi ini juga mendukung pembentukan serikat pekerja, hak-hak asasi manusia, koperasi, dan mengembangkan gerakan anti kekerasan. — Jim Forest”

Banyak momen di mana kita dapat memiliki empati dan simpati yang besar. Saat hari Buruh, banyak kelompok yang meminta hak buruh sesuai dengan apa yang dilakukan. Momen hari buruh identik dengan turunnya para buruh di jalan-jalan untuk berorasi menyuarakan aspirasi mereka. Hari buruh merupakan peringatan untuk menghormati para buruh yang berusaha untuk menegakkan hak-hak pekerja.

Dalam bacaan pertama, nabi Yesaya mengungkapkan panggilan dari Allah untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.” (bdk. Yes. 49:6)

Buruh adalah pekerja, seperti pejabat tinggi adalah pekerja, perbedaan strata tidak menjadikan pembeda bagi hak yang dimiliki juga, karena mencari nafkah semua pekerjaan adalah tujuan setiap individu yang ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tugas panggilan tidak hanya terfokus pada melayani Allah di sekitar altar, namun kita dipanggil untuk melayani sesama kita dan mewartakan keselamatan. Semoga sabda Tuhan ini menggerakkan kita semua untuk menjadi penunjuk Sang Terang dan menyiarkan tentang Yesus, Sang Terang itu kepada semua bangsa.

Selagi kita diberikan kekuatan, pemikiran jernih, dan kemampuan di tiap pekerjaan tanpa memandang strata pekerjaan semua akan dijalani dengan suka cita dan hati yang senang. Berjuang demi hak adalah sesuatu yang wajar, jangan menyerah.

Image by Sasin Tipchai from Pixabay