KAMAJAYA Scholarship / Lentera Atma  / Lentera Atma: Lubang Paku

Lentera Atma: Lubang Paku

Kisah inspiratif kali ini adalah tentang seorang anak yang memiliki kondisi temperamen yang begitu buruk. Suatu hari ia diberi sebungkus paku oleh ayahnya. Ayahnya berkata setiap anak tersebut sedang dalam kondisi marah ia harus memukul sebuah paku ke pagar.

Hari pertama ia menancapkan paku sebanyak 37. Namun seiring berjalannya waktu, ia belajar mengendalikan emosinya sehingga paku yang ia tancapkan ke pagar mulai berkurang dari hari ke hari. Hingga pada suatu hari ia berhasil tidak menancapkan paku ke pagar.

Keberhasilan yang ia lakukan diceritakan kepada ayahnya. Sang ayahnya mulai memberikan perintah kembali untuk mencabut sebuah paku yang ia tancapkan di pagar sebelumnya setiap kali dia berhasil meminta maaf dan mendapatkan maaf dari orang yang telah disakitinya. Lalu ketika anak tersebut telah menyelesaikan tugasnya, ia kembali menceritakan kepada ayahnya.

Lalu ayahnya mengajaknya keluar untuk melihat pagar tersebut dan berkata, “Bagus, Nak. Kamu sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik. Kamu sudah berhasil menguasai rasa amarahmu juga. Tapi bagaimana dengan pagar tersebut masih tetap ada lubang yang tersisa dari tancapan paku itu?” tanya sang ayah kepada anak.

Lalu ayah tersebut mulai memberikan penjelasan singkat dengan berkata, “Lubang paku ini seperti amarah yang kau lontarkan kepada orang lain. Mungkin kau berhasil meminta maaf kepadanya dan tak akan mengulanginya. Namun apakah luka yang mereka rasakan bisa sembuh tanpa berbekas?” ucap ayah tersebut.

Dari cerita tersebut, kita bisa belajar jika ucapan dan tindakan yang didasari oleh rasa amarah hanyalah akan memberikan bekas luka kepada orang lain. Meski mereka memberikan maaf kepada kita ketika permintaan maaf kita lontarkan. Namun, apakah kita bisa menjamin luka yang mereka rasakan dari ucapan atau tindakan yang kita lakukan atas dasar amarah bisa sembuh, mungkin tidak. Bukan bagaimana cara mereka memberikan pengampunan kepada kita. Tapi, bagaimana kita mengendalikan emosi hingga tidak menyakiti orang lain. Mungkin lidah adalah salah satu bagian tubuh yang terbilang tidak membunuh orang lain. Akan tetapi ucapan yang keluar dari mulut kita terkadang adalah salah satu senjata yang paling menyakiti orang lain tanpa kita sadari.

Maka dari itu mengontrol emosi adalah kunci untuk tidak menyakiti orang sekitar kita. Semua butuh tahap, namun jika kita berusaha tentunya hasil pengendalian emosi dalam diri juga akan lebih mudah tercapai.

Sumber: https://wahananews.co/serbaserbi/belajar-dari-lubang-paku-4TZaN0zBb1

Image by Michael Schwarzenberger from Pixabay

No Comments

Post a Comment

×

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Tanya Beasiswa KAMAJAYA