KAMAJAYA Scholarship / Kisah/Kesaksian/Testimoni  / Kisah Penerima Beasiswa: Berkat Tuhan Menjadi Titik Balik Saya

Kisah Penerima Beasiswa: Berkat Tuhan Menjadi Titik Balik Saya

Diawali dengan mendapat pengumuman diterima oleh KAMAJAYA Scolarship, pada saat itu saya merasa Tuhan masih memberi kesempatan saya untuk melanjutkan dan fokus menyelesaikan perkuliahan di masa keluarga saya yang sedang susah. Saya mendapat keluarga baru yang di dalamnya sangat mendukung satu sama lain. Dengan adanya pengumuman ini, menjadi titik balik saya untuk semakin semangat membuktikan bahwa saya bisa dan mampu menyelesaikan kuliah ini.

Saya Ida Bagus Darma Mukti Utama biasanya dipanggil Darma. Saya lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 November 2001 dan saya merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Dalam lingkungan pergaulan, saya sering dipanggil dengan julukan “Pace Bali”. Panggilan ini diberikan dengan melihat latar belakang nama saya yang sangat Bali tetapi saya tumbuh besar di Papua Barat sehingga teman-teman saya memanggil saya dengan julukan ini. Saya merasa julukan ini cukup positif dan membuat saya lebih mudah dikenal di lingkungan pergaulan. Saya adalah mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hobi saya adalah memancing dan bermain basket, sejak di bangku SMP saya kerap bermain basket dan mengikuti beberapa pertandingan basket. Namun, semenjak mengalami cedera saya mulai mengurangi intensitas bermain basket. Saya mengalami patah tulang di bagian tangan kiri pada umur 15 tahun dan dioperasi untuk dipasang pen atau besi. Hingga saat ini, pen atau besi tersebut masih berada di tangan saya karena orang tua belum memiliki uang untuk mengangkat pen atau besi tersebut karena biaya operasi yang cukup besar.

Keluarga saya tumbuh dan besar di kota Manokwari, Papua Barat. Bapak saya bernama Ida Bagus Sidhi Baskara lahir di kota Manokwari dan beliau sehari-hari bekerja sebagai wiraswata atau mengelola kios kelontong. Ibu saya bernama Femi Rosalita Maharani lahir di Yogyakarta dan beliau sehari-hari menjadi ibu rumah tangga. Dari saya kecil hingga sekarang, keluarga saya menumpang di rumah kakek dan nenek yang ada di Manokwari. Bapak saya awalnya bekerja sebagai tukang servis handphone, kemudian beralih profesi menjadi tukang fotokopi dan sekarang menjadi wiraswasta dengan membuka kios kelontong. Menjadi wiraswasta merupakan pilihan terbaik bagi keluarga saya mengingat bapak saya memiliki beberapa penyakit yang tidak memungkinkan ia untuk bekerja terlalu lelah. Bapak saya memiliki penyakit infeksi saluran kemih dan kolestrol yang menyebabkan ia pada tahun 2018 harus dioperasi sehingga membuatnya tidak dapat berdiri terlalu lama dan beraktivitas terlalu berat hingga sekarang. Pada saat itu, orang tua saya ditipu oleh pihak investasi pendidikan dan kesehatan yang menyebabkan hilangnya uang yang sangat besar bagi keluarga saya, yang mana uang tersebut merupakan uang jaminan pendidikan dan kesehatan untuk keluarga. Pada waktu yang bersamaan itu, kami sangat sulit sehingga kami memutuskan untuk menggunakan uang yang ada sebagai uang operasi bapak saya.

Sejak tahun 2018 itu, kehidupan ekonomi keluarga kami sangat sulit, saya yang masih di bangku SMA harus melakukan kerja paruh waktu demi menghidupi diri sendiri dan keluarga yang ada di Papua. Saya bekerja di salah satu pabrik kue mochi di daerah Kelurahan Kricak. Adik kedua saya yang masih di bangku SMP juga harus bekerja sebagai buruh di salah satu gudang beras di Manokwari. Ibu saya mulai membuat kue dan menjualnya ke tetangga sekitar. Perkembangan ekonomi keluarga kami membaik sebelum COVID-19, namun setelah adanya pandemi keluarga kami mulai mengalami kesulitan lagi.

Pada 2022, keluarga kami mulai bangkit yang kemudian membuat kios kelontong, mengingat kondisi orang tua yang tidak dapat bekerja terlalu berat. Namun pada pertengahan Agustus 2022, penyakit bapak saya kambuh yang menyebabkan ia harus dirawat di rumah sakit dan kios kelontong pun ditutup. Bapak saya harus dirawat di rumah sakit selama 1 minggu, tetapi biaya obat sehari-hari cukup berat bagi keluarga kami. Hingga sekarang, ekonomi keluarga kami sangat sulit ditambah adik-adik yang harus melanjutkan sekolah.

Saat ini, saya menumpang tempat tinggal di Yogyakarta di rumah Kakek yang ada di daerah Purwomartani. Kakek saya merupakan pensiunan karyawan swasta dari pabrik Gulaku yang ada di Lampung. Saya menumpang di rumah Kakek sejak dari SMA hingga sekarang. Fasilitas yang cukup membuat tinggal di sini cukup nyaman tetapi karena kurangnya jaringan yang cukup stabil membuat saya harus menambahkan sambungan WIFI untuk menunjang pembelajaran. Kesibukan saya sehari-hari adalah kuliah, magang bersama Forum Komunitas Winongo Asri dan bekerja paruh waktu sebagai salah satu barista di Hidjau café. Saya sudah tidak menerima uang saku dari orang tua saya melainkan hanya mengandalkan gaji dari barista, kegiatan magang juga tidak digaji. Pengeluaran saya biasanya hanya untuk pembayaran WIFI, biaya hidup sehari-hari dan uang makan untuk di rumah kakek saya. Jika ada sisa, maka uang itu akan saya berikan kepada orang tua saya.

Pada saat perkuliahan sembari menyusun skripsi, saya juga selalu ikut serta dalam tugas piket di Ruang Kantor PP KAMAJAYA. Selama tugas piket di Ruang Kantor PP KAMAJAYA, saya juga bertemu dengan teman-teman Penerima Beasiswa KAMAJAYA. Mereka sangat membantu dalam menenangkan emosi dan pikiran dalam pengerjaan skripsi. Selain itu, teman-teman Penerima Beasiswa KAMAJAYA juga ikut memberi masukan pada penyusunan skripsi saya.

Hingga sampai masuk pada waktu Tugas Akhir, saya diwajibkan mengerjakan tugas akhir dengan penuh waktu mulai dari jam 8 pagi sampai 4 sore di ruang STAA. Saya mengerjakan gambar-gambar kebutuhan tugas akhir selama 30 hari. Setiap minggunya terdapat penilaian, nilai yang saya dapatkan cukup baik yang memungkinkan saya lolos untuk mengikuti pendadaran.

Saat melakukan ujian pendadaran, saya merasa sangat gugup dan terdapat kendala seperti laptop error, namun setelah itu bisa berfungsi kembali dan saya dapat melanjutkan presentasi. Pada saat sesi tanya jawab, saya mendapat beberapa masukan dari dosen penguji dan dosen pembimbing saya terkait proyek tugas akhir. Setelah keluar dan menyelesaikan sidang pendadaran, saya merasa cukup lega namun masih sedikit ragu karena belum mendapat kepastian hasil lulus.

Pengumuman hasil ujian pendadaran saya dapatkan satu minggu kemudian. Saya mendapat lembar pengumuman yang menyatakan bahwa saya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dalam jangka waktu studi 3 tahun 5 bulan. Terdapat beberapa alasan saya agar cepat lulus selain untuk cepat mendapat pekerjaan, saya juga ingin orang tua saya bangga dan memberi kesan bagi kedua orang tua. Di balik itu juga saya ingin posisi saya sebagai Penerima Beasiswa KAMAJAYA ini dapat digantikan dengan orang yang juga membutuhkan berkat ini.

Saya sangat berterima kasih kepada para donatur yang telah bersedia membagikan berkatnya untuk saya sehingga saya mendapat kesempatan ini. Saya juga berterima kasih kepada Bapak/Ibu Pembimbing karena sudah memberikan banyak masukan dan pengalaman kekeluargaan ini. Saya juga berterima kasih kepada Romo, Bruder dan Suster yang sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah yang saya alami. Tidak lupa juga terima kasih banyak kepada teman-teman yang sudah menjadi keluarga di KAMAJAYA Scolarship ini.

Yogyakarta, 21 April 2024

Ida Bagus Darma Mukti Utama
Mahasiswa Program Studi Arsitektur UAJY Angkatan 2020
Penerima Beasiswa KAMAJAYA Angkatan ke-7

No Comments

Post a Comment

×

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Tanya Beasiswa KAMAJAYA